Minim Kontribusi dan Rawan Terjadi Kecelakaan Tambang, Anggota DPRD Sumsel: Cara Mereka Cari Duit Ini Ugal-ugalan!  

Aktifitas pertambangan di areal PT Musi Prima Coal (PT MPC), Muara Enim. (rmolsumsel.id)
Aktifitas pertambangan di areal PT Musi Prima Coal (PT MPC), Muara Enim. (rmolsumsel.id)

Komisi IV DPRD Sumsel sudah mengatur jadwal pemanggilan perwakilan perusahaan tambang dan pihak-pihak terkait dalam peristiwa kecelakaan di areal tambang PT Musi Prima Coal (MPC), Muara Enim.


Mulai dari PT Nusa Indo Abadi (PT NIA - subkontraktor), PT Lematang Coal Lestari (PT LCL - pemilik IUJP), PT Musi Prima Coal (PT MPC - pemilik IUP), sampai Dinas ESDM Provinsi Sumsel. 

Hal ini diungkapkan Anggota DPRD Sumsel, Askweni, kepada Kantor Berita RMOLSumsel, Senin (23/8). "Mengenai waktunya, sedang disesuaikan. Bisa minggu ini, pokoknya secepatnya kita panggil," kata dia. 

Melihat perkembangan yang terjadi, apalagi sorotan pada kasus kecelakaan yang bukan kali ini saja terjadi, Askweni menilai perusahaan-perusahaan tersebut wajib bertanggung jawab.

Tidak hanya kepada pihak keluarga korban dan masyarakat, tetapi juga bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan dari aktifitas pertambangan yang telah terjadi selama bertahun. 

"Perusahaan dan pihak terkait jangan menyepelekan kasus ini. Kasus ini sudah berlangsung lama (soal lingkungan) dan soal nasib karyawan," ungkapnya. 

Bukan tidak mungkin, tindakan tegas dilakukan terhadap perusahaan ini, juga terhadap pihak terkait yang menutup mata pada pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. "Kita akan rekomendasikan Kementerian dan pihak berwenang untuk cabut izin perusahaan dan tutup perusahaan itu," tegasnya.

Terlebih, Ketua Fraksi PKS DPRD Sumsel ini menegaskan, bahwa kontribusi yang diberikan oleh perusahaan ini tidak maksimal untuk Sumsel. "Cara mereka cari duit ini Ugal-ugalan. (Kontribusi) paling soal izin, selebihnya apa yang (Sumsel) dapat mungkin tidak sepadan dengan untuk yang mereka dapat," tegas dia. 

Ketua Fraksi PKS DPRD Sumsel, Askweni. (rmolsumsel.id)

Sebelumnya diberitakan, rencana DPRD Sumsel memanggil pihak perusahaan terkait kecelakaan tambang ini juga telah diungkapkan oleh Ketua Komisi IV, yang juga politisi Partai Demokrat MF Ridho.

Tak terkecuali Pemkab Muara Enim. Lagi diatur jadwalnya, kita lihat minggu depan,” ujarnya kepada Kantor Berita RMOLSumsel, Rabu (18/8).

Tidak menutup kemungkinan, lanjut Ridho, kalau pihaknya akan turun langsung ke lapangan usai pemanggilan tersebut. "(Pemanggilan) sesuai masalah yang ada. Mungkin setelah rapat langsung ke lapangan,"ungkapnya. 

Kasus kecelakaan tambang di Muara Enim ini terkuak setelah seorang mandor tambang bernama Nurul Hidayat diketahui tewas terlindas truk saat berada di lokasi tambang. 

Kejadiannya bermula pada Kamis (12/8) malam sekitar pukul 19.30. Saat itu, korban Nurul Hidayat yang merupakan mandor dari PT Nusa Indo Abadi (PT NIA), subkontraktor dari PT Lematang Coal Lestari (PT LCL), tengah berada di lokasi kejadian bersama beberapa orang. 

Korban datang ke lokasi untuk melakukan persiapan penggalian Over Burden (OB), yakni lapisan tanah yang menutupi lapisan dari batubara di areal tambang milik PT Musi Prima Coal (PT MPC). 

Sebelum bekerja, korban menyempatkan diri duduk di depan dump truk berkode NIA 109 yang lagi terparkir bersama rekannya, bernama Mardani yang merupakan petugas Safety. Sesaat lagi ngobrol santai dan tanpa diketahui mereka berdua, salah satu sopir berinisial EJ juga bersiap melakukan loading OB dan naik ke atas dump truk yang diduga tanpa mengawasi keadaan sekitar.

Petugas melakukan olah TKP kecelakaan tambang yang menewaskan Nurul Hidayat beberapa waktu lalu. (ist/rmolsumsel.id)

Diduga, faktor ukuran kendaraan yang besar membuat driver EJ mengalami blind spot. Blind spot sendiri merupakan area di sekitar kendaraan di mana pengemudi tidak dapat melihat kendaraan lain pada saat berkendara, baik dari kaca spion maupun kaca samping kendaraan.

Melihat dump truk bergerak maju, korban Nurul Hidayat diketahui sempat menghindar namun kalah cepat dengan laju truk sehingga terlindas.  

Sementara Mardani, petugas safety yang ada di lokasi kejadian juga ikut terkejut. Ia sempat berupaya menolong Nurul Hidayat, namun dirinya justru ikut menjadi korban. Kakinya dikabarkan sempat terlindas kendaraan yang sama. 

Driver EJ sendiri baru sadar kendaraan yang dibawanya melindas sesuatu dan ternyata itu korban Nurul Hidayat. Setelah EJ menghentikan kendaraannya dan mengetahui hal itu, dia langsung membawa korban Nurul Hidayat dan Mardani ke Rumah Sakit AR Bunda, Prabumulih.