Aktivitas Tambang Bijih Nikel di Morowali Sebabkan Bencana Alam dan Hilangnya Nyawa

Ilustrasi tambang nikel. (net)
Ilustrasi tambang nikel. (net)

Yayasan Tanah Merdeka (YTM) menyebutkan, terdapat praktik penambangan bijih nikel secara ilegal di Kabupaten Morowali dan Morowali Utara, Sulawesi Tengah (Sulteng) yang menyebabkan kerusakan lingkungan.


Akibatnya, terjadi deforestasi secara langsung hingga menyebabkan terjadinya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.

Direktur Eksekutif YTM Richard Labiro mencatat, sepanjang tahun 2023, ada empat peristiwa banjir penting bencana alam yang terjadi. Di minggu pertama April 2023, banjir merendam 5 desa (Ulula'a, Togo, Sampalowo, Moleono dan Onepute) di Kecamatan Petasia Barat dan 2 desa (Tompira dan Bunta) di Kecamatan Petasia Timur. Setidaknya, terdapat 1.957 kepala keluarga (KK) yang terkena dampak.

Lalu, banjir juga menerjang 143 hektar kebun milik warga, 22 fasilitas umum (rumah ibadah, sekolah, fasilitas kesehatan, dan kantor pemerintah).

Kedua, pada 4 April 2023 banjir dengan ketinggian hingga 50 sentimeter melanda pusat Kota Kolonodale, ibukota Morowali Utara.  Pemukiman dan kantor perbankan di sekitar pelabuhan Kolonodale terendam. 

Warga kota menuduh PT Mulia Pacific Resources, anak usaha PT Central Omega Resources TBK, yang menambang di pegunungan di belakang kota sebagai penyebab banjir. Karena desakan warga, pada 11 April 2023 perusahaan tersebut sepakat menghentikan penambangan di Gunung Tondu setelah rapat dengar pendapat dengan DPRD Morowali Utara.

Ketiga, minggu ketiga April 2023, banjir menerjang Desa Bahumakmur dan Desa Labota di Kecamatan Bahudopi, Kabupaten Morowali. Ketinggian air mencapai 50 sentimeter. Lumpur yang terbawa banjir menggenangi Dusun 4 dan 5 di Bahomakmur dan merendam 30 unit kos. 

Banjir juga menghantam sebagian areal PT IMIP yang berada di sekitar kedua desa tersebut.

Keempat, 26 April 2023, banjir merendam 200 rumah di Desa Korololama, Korololaki, Koromatantu, dan Kelurahan Kolonodale, Kecamatan Petasia. Warga dan tokoh-tokoh masyarakat di Kota Kolonodale mengklaim banjir tersebut disebabkan oleh aktivitas pertambangan nikel yang berlangsung besar-besaran di kawasan hutan pegunungan.

“Metode penambangan nikel secara terbuka (open pit mining) berdampak terhadap lingkungan hidup dan masyarakat lokal. Dampak-dampak meliputi pencemaran udara, air, dan kehilangan biodiversitas terutama karena deforestasi. Deforestasi secara langsung mengakibatkan banjir tahunan di Morowali dan Morowali Utara,”tulis Richard dalam laporan yang diterima redaksi, Kamis (1/2).

Penambangan nikel ilegal di Morowali tersebut menggunakan praktik penambangan lahan koridor (pelakor). Modusnya, penambangan di kawasan hutan tanpa izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH). Kemudian melakukan jual beli rencana kerja dan anggaran belanja (RKAB), dan jual beli bahan bakar minyak (BBM) subsidi oleh para penambang. 

“Pada 2023, praktik tambang ilegal nikel terus terjadi sehingga memperburuk kerusakan lingkungan hidup,”ujarnya.

Dampak dari pertumbuhan cepat industri pengolahan nikel di Sulawesi Tengah bertumpu pada pembakaran energi fosil yang kotor. Operasi PLTU batubara dengan kapasitas terpasang sekitar 5.175 MW di kawasan- kawasan industri nikel di Sulawesi Tengah menimbulkan pencemaran udara.

Rinciannya,  sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), partikulat (PM), dan merkuri (Hg) yang membahayakan kesehatan buruh dan warga yang tinggal di sekitar area industri.

Sejak bertahun-tahun mempersoalkan pencemaran udara, 11 Oktober 2023, warga Desa Fatufia – lokasi IMIP – yang tergabung dalam Aliansi Fatufia Bersatu (AFB) melakukan aksi protes di hauling kawasan industri tersebut. 

“Peserta yang didominasi ibu- ibu tersebut mempersoalkan debu batubara yang bersumber dari IMIP,”tegas Richard.

Dengan serangkaian kejadian tersebut, YTM merekomendasikan,  agar pemerintah memaksa perusahaan-perusahaan tambang nikel dan pengolahan nikel memberlakukan standar K3 yang tinggi menuju zero harm di industri ini.

Kemudian,perusahaan diharuskan bekerja sama dengan para pekerja dan serikat buruh untuk melakukan analisa bahaya dan penilaian resiko di setiap divisi untuk memastikan bahaya-bahaya di tempat kerja dapat teridentifikasi dengan jelas dan memastikan standar kontrol resiko yang tinggi. Pemerintah harus memastikan bahwa tungku-tungku smelter tidak dibolehkan terus dioperasikan melampaui usia operasinya.

Selanjutnya, pemerintah mesti melakukan moratorium penerbitan IUP nikel dengan tidak menerbitkan IUP baru untuk mencegah daya rusak lingkungan dan sosial yang lebih luas.

Lalu,pemerintah harus melakukan penegakan hukum terhadap penambangan ilegal termasuk penindakan terhadap mafia jual beli BBM subsidi dalam pertambangan nikel dan memastikan proses penegakan hukum bebas dari conflict of interest. Pemerintah mesti membangun pusat pengendalian dan komando untuk pelacakan kasus-kasus penambangan ilegal dengan menggunakan teknologi satelit penginderaan jarak jauh secara real-time.

Selanjutnya, pemerintah mesti melakukan moratorium pembangunan smelter nikel baru. Karena, pembangunan smelter tanpa kendali akan memicu penambangan bijih nikel yang meluas sehingga akan melipat-gandakan deforestasi, banjir, pencemaran air dan udara, sengketa-sengketa dengan penduduk setempat, dan memperpendek usia tambang karena percepatan deplesi.

  

“Pemerintah harus memaksa pelaku industri smelter melakukan transisi dari PLTU batubara ke pembangkit-pembangkit listrik yang bersih dengan timeline terukur menuju net zero emission di industri ini. Pemerintah juga mesti tidak lagi mengeluarkan perizinan baru untuk pembangunan PLTU batubara baru,”tulis laporan akhir Richard.

Tidak hanya bencana, aktivitas terkait penambangan dan operasional smelter nikel juga kerap menyebabkan hilangnya nyawa. 

Seperti dilansir dari nikel.co.id, setidaknya belasan kejadian kecelakaan kerja ataupun fatality ini telah terjadi secara berulang, diantaranya yaitu: 

1. PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), yang terletak di Morowali, Sulawesi Tengah. Jumlah insiden sebanyak 18 kali di tahun 2018, 2019, 2020, 2021 dan 2022. Jumlah korban meninggal sebanyak 15 orang sedangkan luka-luka terdapat 41 orang.

2. PT Gunbuster Nickle Industri (GNI) yang berlokasi di Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Jumlah insiden sebanyak 10 kali, korban meninggal 8 orang dan luka sebanyak 3 orang. Tahun insiden terjadi di tahun 2020, 2022 dan 2023.

3. PT Weda Bay Industrial Park (IWIP), Halmahera Tengah, Maluku Utara, terjadi 9 kali insiden. 4 orang meninggal, 18 luka luka. Insiden terjadi sepanjang tahun 2021-2022.

4. PT Virtue Dragon Nickle Industri di Konawe, Sulawesi Selatan. Insiden terjadi sebanyak 6 kali dan memakan korban sebanyak 7 orang meninggal dunia. Insiden terjadi sepanjang tahun 2015, 2028, 2019, 2020, 2021, 2022.

5. PT Huadi Nickle Alloy Indonesia, lokasi di Bantaeng, Sulawesi Selatan, jumlah insiden sebanyak 6 kali. Korban meninggal 3 orang, korban luka 5 orang. Insiden terjadi sepanjang tahun 2020, 2021 dan 2022.

6. PT Wanxiang Nickle Indonesia, lokasi Morowali, terjadi insiden sebanyak 3 kali. Korban meninggal sebanyak 2 lalu korban luka diketahui sebanyak 3 orang. Insiden tersebut terjadi sepanjang tahun 2022.

7. PT Huadi Wuzhou Nickle Industry, lokasi di Bantaeng, insiden terjadi sebanyak 3 kali di sepanjang tahun 2022.

8. PT Sulawesi Mining Investment lokasi di Morowali, jumlah insiden 2 kali. Korban meninggal 2 orang sementara korban luka tidak ada. Kejadian terjadi pada tahun 2017 dan 2018.

9. PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel di Morowali Utara, terjadi insiden sebanyak 2 kali. Korban meninggal 21 orang lalu luka luka sebanyak 30 orang. Kejadian terjadi di tahun 2020 hingga 2023.

Terbaru, Walhi Sulteng lewat akun instagram resminya @walhisulteng menyoroti soal kecelakaan kerja di kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP),Kabupaten Morowali.

Dalam postingan tersebut, terlihat tiga orang pekerja tersengat listrik. Dua diantaranya tergantung menggunakan harness.

Narasi dalam postingan itu tertulis, bahwa kejadian itu berlangsung pada Rabu (31/1/2023). Dari video yang beredar kecelakaan kerja ini terjadi diduga akibat dari sengatan aliran listrik pada saat melakukan perbaikan kawasan PT IMIP. Hingga saat ini belum diketahui pasti kondisi dari 2 orang pekerja yang menjadi korban atas insiden tersebut.

Sehari sebelumnya juga kecelakaan kerja terjadi yang mengakibatkan korban jiwa di kawasan PT Sulawesi Mining Investment yang beroperasi di kawasan IMIP Morowali Sulawesi Tengah pada Selasa 30/01/2024. Dalam insiden yang terjadi di pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) ini dua tempat perbaikan tungku Nikel Pig Iron 2 terjadi kebakaran hingga satu karyawan mengalami luka luka, yang terpaksa harus mendapatkan perawatan intensif di Rumah sakit Eight Star.

“Tidak hanya itu, pada 25/01/2024 kecelakaan kerja juga terjadi di kawasan IMIP Morowali. mobil angkut ore nickel mengalami insiden kecelakaan, dalam informasi yang dihimpun satu orang yang mengalami luka-luka,”tulis akun itu.