Cerita Dibalik Pembuatan Alquran Terjemahan Bahasa Palembang

Rektor UIN Raden Fatah Palembang, Nyayu Khodijah (kanan) menyerahkan Al-Quran Terjemah Bahasa Palembang kepada Sultan Mahmud Badaruddin IV Jaya Wikrama RM Fauwaz Diradja. (Mita Rosnita/rmolsumsel.id)
Rektor UIN Raden Fatah Palembang, Nyayu Khodijah (kanan) menyerahkan Al-Quran Terjemah Bahasa Palembang kepada Sultan Mahmud Badaruddin IV Jaya Wikrama RM Fauwaz Diradja. (Mita Rosnita/rmolsumsel.id)

Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang berhasil menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa daerah palembang dengan proses selama 1 tahun. Kini, kitab suci Islam ini telah dicetak dan disebar dibeberapa instansi hingga tokoh masyarakat di Kota Palembang.


Rektor UIN Raden Fatah Palembang, Nyayu khodijah menceritakan pembuatan awal pembuatan Al-Quran bermula dari ide yang dicanangkan Februari 2018 lalu dengan melakukan kerjasama langsung dengan Kementerian Agama RI. Dia mengatakan hal ini dilakukan sebab UIN Raden Fatah memiliki cita-cita dan  konsen terhadap pelestarian dan pemertahanan eksistensi bahasa daerah dan peradaban islam melayu di Palembang.

"Sebelum tahun 2018, kami sudah memiliki ide demikian, hanya saja belum sempat terealisasi. Kemudian, ada tawaran dari Puslitbang Lektur Keagamaan khususnya dari Badan Litbang Kementrian Agama RI, Alhamdulillah proses penerjemahan selesai dalam waktu setahun," kata Nyayu saat diwawancarai kantor berita RMOLSumsel dalam kegiatan Desiminasi Terjemahan Al-Quran berbahasa Palembang, Rabu (26/1).

Dalam prosesnya, UIN turut melibatkan akademisi, ulama serta tokoh masyarakat di Palembang. Mengingat penerjemahan Al-quran sangat membutuhkan peran orang-orang berkompeten dibidangnya masing-masing. Di tahun selanjutnya, tim mulai melakukan proses validasi dan editing yang kemudian berhasil dicetak pada tahun 2020.

"Ada sebanyak 20 orang yang bekerjasama dalam proses ini yang diketuai oleh pak Alfi Julizun Azwar yang merupakan dosen di UIN Raden Fatah. Sedangkan anggotanya terdiri dari pakar atau tokoh masyarakat yang kompeten. Bahasa Palembang yang dimasukan dalam Al-Quran juga merupakan bahasa asli atau halus dari nenek moyang yang hampir jarang digunakan sekarang," sebutnya lagi.

Hanya terdapat sebanyak 70 eksemplar pada cetakan awalnya, hal ini diakuinya sebab bebrapa keterbatasan, sehingga dalam peluncurannya hari ini Al-Quran tersebut hanya dibagikan kepada beberapa instansi dan orang saja. 

"Ada sebanyak 70 ekslemplar pada cetakan awal yang baru dibagikan ke tokoh masyarakat, instansi terkait dan pemerintah kota Palembang, dinas-dinas terkait," tambahnya

Sehingga kedepan Rektor UIN tersebut akan terus menggalakan kerjasama dengan berbagai instansi untuk memperbanyak cetakan Al-Quran dengan bahasa derah pertama ini yang dipastikan terdapat dua jenis cetakan, yakni Hardcopy dan E-book.

"Sebenarnya ada 2 versi, cetak dan e-book, kalau untuk versi cetak kita mencari kerjasama dan akan menawarkannya kepada pemerintah kota, khususnya dinas kebudayaan, pariwisata dan pendidikan yang mungkin akan bersedia membantu menambah versi cetak sehingga dapat diberikan kepada masyarakat, kalau untuk versi PDF akan kita upayakan kerjasama dengan Banlitbang kementerian agama," tuturnya lagi.

Terajhir, Nyanyu merasakan kebahagiaan dan cukup lega karena meskipun melalui banyak suka duka dalam prosesnya, Al-Quran bahasa Palembang ini dapat diselesaikan sampai juz 30. Yang mana sebelumnya hanya bisa diselesaikan sebanyak 15 juz saja.

"Kendalanya adalah ketelitian dan pemahaman, karena tidak banyak orang yang memiliki keahlian untuk bisa menerjemahkan Al-Quran terlebih maknanya," tutupnya. 

Sementara itu, Sultan Mahmud Badaruddin IV Jaya Wikrama, RM Fauwaz Diradja sangat mengapresiasi hasil kerjasama tokoh-tokoh yang terlibat dalam proses pembuatan Al-Quran, mengingat ini menjadi perpaduan agama dan budaya yang apik, sehingga dapat menyatukan masyarakat dari kedua unsur tersebut.

"ini menjadi suatu hal yang positif, karena dengan tidak langsung kelestarian bahasa daerah dapat disampaikan kepada generasi berikutnya melalui mahakarya seperti ini. Terlebih bila dilihat,masih banyak sekali yang tidak paham bahasa Palembang asli," pungkasnya.