Produksi Kopi Pagar Alam Capai 21 Ribu Ton per Tahun, Robusta Masih Jadi Primadona

ilustrasi/ist
ilustrasi/ist

Kota Pagar Alam mencatatkan produksi kopi tahunan mencapai lebih dari 21 ribu ton. Komoditas unggulan ini didominasi oleh varietas Robusta, dengan luas lahan perkebunan mencapai 8.020 hektare yang tersebar di sejumlah kecamatan.


Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kota Pagar Alam, Diki Herlambang, mengatakan ada tiga kecamatan yang menjadi sentra utama perkebunan kopi, yakni Dempo Utara, Dempo Tengah, dan Dempo Selatan. Sebagian kecil lahan juga terdapat di Kecamatan Pagar Alam Utara.

“Total lahan perkebunan kopi Pagar Alam saat ini tercatat lebih dari 8 ribu hektare, mayoritas berada di tiga kecamatan tersebut,” ujarnya saat diwawancarai RMOL Sumsel, Kamis (15/5).

Diki menjelaskan bahwa dalam lima tahun terakhir, produktivitas panen kopi petani mengalami peningkatan signifikan berkat penerapan metode sambung pucuk. Teknik ini terbukti mampu mendongkrak hasil panen hingga 50 persen per musim.

“Metode sambung pucuk dilakukan dengan memangkas tanaman kopi yang sudah tua dan tidak produktif, lalu disambung dengan entres dari klon kopi unggul. Dalam waktu satu tahun, tanaman bisa kembali berbuah dengan jumlah lebih banyak,” jelasnya.

Program sambung pucuk ini, kata Diki, juga didukung pemerintah daerah melalui pemberian bantuan alat pertanian yang disalurkan Dinas Pertanian dan Perkebunan.

Meski harga jual kopi Robusta lebih rendah dibanding Arabika, mayoritas petani di Pagar Alam tetap memilih membudidayakan Robusta karena telah terbiasa sejak lama. Sementara untuk kopi Arabika, yang memiliki nilai jual lebih tinggi, saat ini baru dikembangkan pada lahan seluas sekitar 20 hektare.

“Primadona kopi Pagar Alam saat ini masih Robusta. Namun ke depan, kami dorong masyarakat untuk mulai mengembangkan Arabika secara lebih masif,” tutupnya.