Mengidentifikasi Racun Sungai Musi, Dari Mikroplastik Hingga Logam Berat

Kondisi sampah di permukaan Sungai Musi. (Istimewa/rmolsumsel.id)
Kondisi sampah di permukaan Sungai Musi. (Istimewa/rmolsumsel.id)

Sungai Musi yang berada di Sumatera Selatan, berperan besar dalam perjalanan kehidupan khususnya di Kota Palembang. Seiring perkembangan zaman, kini beban Sungai sepanjang 750 kilometer ini semakin berat, akibat kurangnya perhatian mulai dari pemerintah hingga masyarakat di Kota Palembang.


Banyaknya sampah plastik yang dibuang ke Sungai Musi, berdampak kepada pencemaran Mikroplastik. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN).

"Dari hasil penelitian, sejauh ini Sungai Musi merupakan sungai dengan Mikroplastik terbanyak yang ditemukan," kata Tim ESN, Prigi Arisandi saat ditemui RMOLSumsel.id, Rabu (27/7).

Dia mengatakan penelitian ini meliputi 6 parameter, mulai dari kualitas air, kadar oksigen, suhu dan lain sebagainya. Dari hasil penelitian ditemukan sejumlah pencemaran akibat zat kimia seperti Klorin, Fospat, logam berat mangan, dan besi.

Kadar klorin yakni sebesar 0,16 mg per liter. Padahal, kadar ini tidak boleh lebih dari 0,03 mg per liter. Kemudian, kadar Pospat mencapai 0,59 mg per liter. Tingginya kadar Pospat ini berpengaruh dengan kadar oksigen.

Untuk kadar Logam Berat Mangan mencapai 0,2 ppm dan Tembaga mencapai 0,06 padahal standarnya tidak boleh lebih dari 0,03 ppm. Pihaknya juga melakukan pengecekan menggunakan mikroskop untuk melihat kandungan mikroplastik dari air Sungai Musi.

"Kadar mikroplastik dalam air dalam 100 liter air sungai Musi terdapat 355 partikel mikroplastik" ungkap Prigi Arisandi, 

Alumni Jurusan Biologi Universitas Airlangga Surabaya ini menyebutkan bahwa jenis mikroplastik yang paling mendominasi adalah jenis fiber atau benang-benang yang mencapai 80 persen jenis mikroplastik lainnya adalah granula. Keberadaan mikroplastik di Ekosistem Sungai Musi telah diteliti sejak 2018 dan kini terus berkembang hingga pada tahun 2022 telah ditemukan Mikroplastik dalam tubuh ikan. 

Dia menjelaskan, Mikroplastik adalah serpihan atau remah-remah plastik hasil proses pemecahan dari plastik benda-benda yang dibuat dari bahan plastik seperti tas asoy atau tas kresek, sedotan, botol plastik, pembungkus atau wrapping, popok, sachet, peralatan rumah tangga dan pembungkus makanan. 

Mikroplastik berukuran lebih kecil dari ½ sentimeter atau 5 mm, untuk mengamatinya dibutuhkan mikroskop. Dalam proses pembuatan wadah plastik atau pembungkus dibutuhkan lebih dari 10.000 senyawa sintetis seperti pelentur, pengeras plastik, anti minyak, pewarna, senyawa penahan api. Senyawa-senyawa inilah yang menimbulkan efek bahaya bagi lingkungan dan terutama untuk kesehatan manusia.

"Dengan temuan ini minimal jadi peringatan terkait kualitas air di Sungai Musi. Diharapkan pengawasan dari Sungai Musi ini diperketat," ujarnya.

Mikroplastik Masuk dalam Tubuh Ikan

Pencemaran yang terjadi di Sungai Musi berdampak kepada habitat ikan di Sungai Musi. Kini, habitat Sungai Musi kian berkurang. Bahkan, ada beberapa yang tidak lagi ditemukan.

Tim ESN, Amirudin mengatakan, setiap tahun habitat ikan di Sungai Musi ini terus mengalami penurunan. Bahkan, ada yang terjadi kepunahan akibat pencemaran di Sungai Musi. Dari hasil penelitiannya, pencemaran mikroplastik ini sudah terdapat di lambung ikan, bahkan di dalam darah.

"Mikroplastik ini tidak kelihatan jadi bisa masuk ke dalam ikan. Bahkan, masuk ke tubuh manusia," terangnya.

Dia mengatakan, hilangnya habitat ikan di Sungai Musi berdampak terhadap pendapatan nelayan. Tangkapan mereka jauh berkurang. “Kami pernah main ke pesisir OKI, pendapatan nelayan sungai di sana jauh merosot karena minimnya tangkapan ikan. Terutama pasca beroperasinya HTI di kawasan tersebut,” ungkapnya. 

Pemerintah jangan tinggal diam.  Terlebih, Sungai Musi masih menjadi sumber bahan baku air bersih bagi masyarakat. “Masyarakat maupun perusahaan yang beraktivitas di pinggiran Sungai Musi harus diedukasi untuk mengolah sampah ataupun limbah yang akan dibuang. Sehingga, kualitas air sungai Musi bisa membaik,” tandasnya. 

Aksi yang dilakukan aktivis lingkungan di Kota Palembang dalam Peringatan Hari Sungai Nasional. (Istimewa/rmolsumsel.id)

Bahaya Mikroplastik

Mikroplastik yang ada di Sungai Musi akan membawa dampak pada kesehatan manusia. Sebab, jenis polimer mikroplastik seperti Polypropilen (PP), Polyethilen (PET), Polyester, Polivinil klorida (PVC), Nilon, Low Density Polyethilen (LDPE) termasuk dalam kategori Endocrine disruption chemicals atau senyawa pengganggu hormone. 

Sehingga, jika terpapar atau masuk dalam tubuh manusia akan berdampak terjadinya gangguan atau bahkan kerusakan hormone. Bahkan dari penelitian pada tahun 2020 ditemukan fakta bahwa mikroplastik di Sungai Musi menyerap/mengikat logam berat dalam air seperti Cu dan Pb. 

“Mikroplastik dapat mengikat logam berat dalam air, di Sungai Musi terdapat beragam jenis berat berbahaya seperti  Merkuri, tembaga, Besi, cadmium dan Mangan. Temuan riset 2020 menunjukkan bahwa  mikroplastik sungai Musi mengikat logam Cu dan Pb di air,” ungkap Peneliti Mikroplastik, Eka Chlara Budiarti. 

Alumnus Kimia Universitas Diponegoro Semarang ini menjelaskan jika terdapat banyak mikroplastik dalam sebuah perairan yang tercemar logam berat maka akan menimbulkan double efek karena mikroplastik akan menyerap logam berat dan kemudian pindah ke tubuh ikan lalu ke tubuh manusia. 

“Sehingga tubuh manusia akan menerima efek bahaya mikroplastik sekaligus logam berat yang menempel di mikroplastik. Jenis-jenis polimer yang ditemukan di Sungai Musi ini mengancam kesehatan manusia apalagi air sungai Musi digunakan untuk bahan baku air minum,” ucapnya.

Sementara, Aktivis Spora Institut Palembang, Asmaran Dani mengatakan, dengan ditemukannya 6 jenis polimer mikroplastik di Sungai Musi akan menjadi masalah serius bagi kesehatan warga Kota Palembang. Apalagi, air sungai digunakan menjadi sumber bahan baku air minum dan habitat bagi beragam jenis ikan. 

“Mikroplastik juga sudah ditemukan dalam tubuh ikan yang menjadi konsumsi bagi masyarakat Palembang,” ungkap Asmaran Dani.

Lebih lanjut Asmaran Dani mendorong upaya-upaya stakeholder Sungai Musi untuk mengambil peran memulihkan ekosistem Sungai Musi dari pencemaran Mikroplastik. “Butuh keseriusan dari seluruh pihak agar Sungai Musi bisa pulih lagi,” tandasnya.