Mengenal Ulama Kharismatik Palembang, KH Abdul Malik Tadjuddin

Penyerahan buku Sejarah Singkat KH Abdul Malik Tadjuddin "Ulama Pejuang dan Sang Pendidik yang Bersahaja" saat Peringatan Haul ke 22 . (dudi oskandar/rmolsumsel.id)
Penyerahan buku Sejarah Singkat KH Abdul Malik Tadjuddin "Ulama Pejuang dan Sang Pendidik yang Bersahaja" saat Peringatan Haul ke 22 . (dudi oskandar/rmolsumsel.id)

KH Abdul Malik Tadjuddin merupakan salah seorang tokoh ulama Palembang kharismatik yang juga salah satu pendiri sekaligus sesepuh kaum Nahdhiyyin di Kota Palembang.  


Dia lahir 1 Dzulhijah 1336 Hijriah atau pada Juni 1918. Di kalangan masyarakat Palembang terutama di kawasan 1 Ulu, beliau dikenal dengan nama "Kyai Malik" dan nama "Kyai Kecik". Dia juga mendapat gelar masyarakat sebagai "Kyai Tunjuk". Hal ini dikarenakan kebiasaan beliau yang sering menggunakan jari telunjuknya sebagai media dakwah. 

Diceritakan, putra sulung almarhum KH Abdul Malik Tadjuddin, Ahmad Dailami, sosok KH Abdul Malik Tadjudin ini begitu cinta dengan Islam dimana saat NU pertama kali didirikan oleh Hadratus Syech Hasyim Asy'ari di tahun 1926. Saat itu, KH Abdul Malik Tadjuddin baru berusia delapan tahun.

"Di saat itu masa beliau nyantri dengan ulama terkemuka di Palembang. Di usia 12 tahun beliau sudah berdakwah makanya dijuluki dengan sebutan Kyai Kecik atau kecil,"  kata Dailami yang juga penulis buku Sejarah Singkat KH Abdul Malik Tadjuddin "Ulama Pejuang dan Sang Pendidik yang Bersahaja" ini saat Haul ke 22 KH Abdul Malik Tadjuddin yang diperingati, Minggu (14/8) di halaman SMP-SMA NU Palembang di Jalan A Yani, Palembang. 

Dia mengungkapkan, sifat kesederhanaan dan sikap legowo patut untuk diteladani dari sosok ayahandanya itu. Menurutnya, dalam berdakwah ayahnya senantiasa berpegang teguh pada ajaran ahlussunah wal jamaah yang menjadi prinsip ajaran Nahdatul Ulama dalam berdakwah. "Dia akan maju ke depan apabila diinginkan, dan ada di belakang jika situasi telah membaik," kata Dailami. 

Tak heran, jika di tahun 1947-1949 saat kedatangan kembali tentara KNIL (Belanda) yang membonceng NICA yang bermaksud untuk kembali menjajah Indonesia, jiwa KH Abdul Malik Tadjudin terusik. Meneruskan semangat jihad yang dikobarkan oleh Hadratus Syech Hasyim Asy'ari saat itulah KH Abdul Malik Tadjudin ikut berjuang melalui jalur dakwah. Tentara KNIL yang melihat situasi tersebut lalu menahan KH Abdul Malik Tadjudin beberapa lama.

Anak didiknya pun tersebar merata di seantero nusantara. Bahkan, diantara mereka tersebut nama Prof Dr Jimly Asshidiqie yang merupakan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi. Lalu, KH Amiruddin Nahrawi, Ketua PWNU Sumsel, Prof Dr Hj Fatimah,SE,M.Si serta dua ulama kondang Palembang yang sudah terlebih dulu berpulang menghadap sang khalik yakni KH Kgs Ahmad Nawawi Dentjik dan KH Taufik Hasnuri.

KH Abdul Malik Tadjudin wafat pada 10 Agustus 2000 di usia 82 tahun dan dimakamkan di pemakaman keluarga Ungkonan H Nang Lenggok Kelurahan 3-4 Ulu.

Sementara, Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja berharap dengan haul ini, almarhum KH Abdul Malik Tadjudin ini dikuburnya mendapatkan kenikmatan-kenikmatan dari Allah SWT.

"Mudah-mudahan haul kedepan bisa  sekalian bisa memeriahkan nama jalan  tembusan ke Jembatan Musi VI bisa diberikan nama KH Abdul Malik Tadjudin, saya yakin atas berkat jasa beliau Islam dan juga masyarakat Palembang mengerti dan memahami agama Islam dengan sebaik –baiknya dan sekafah-kafahnya," katanya.

SMB IV menghimbau kepada seluruh generasi muda untuk meniru sifat –sifat KH Abdul Malik Tadjudin yang selalu tawadhu, sabar akan semua hal. "Anak –anak sekarang coba belajar sabar dan ikhlas terhadap segala cobaan dan selalu berusaha karena setelah berusaha kita  ikhlas, jangan ikhlas saja tapi tidak berusaha," tandasnya.

Acara juga di meriahkan dengan launching buku Sejarah Singkat KH Abdul Malik Tadjuddin "Ulama Pejuang dan Sang Pendidik yang Bersahaja.

Sejumlah pejabat dan tokoh di Palembang menghadiri haul tersebut diantaranya Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja,S.H.M.Kn, budayawan Sumsel Vebri Al Lintani,  Perwakilan Dinas Kebudayaan Kota Palembang, Isnayanti, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumsel, Mal An Abdullah , Staf Ahli Bidang Pemerintahan Hukum dan Politik DR H Rosidin Hasan, MPDi, Bendahara NU Sumsel  Hernoe Roesprijadji Sip MH Msi ,  sesepuh keluarga KH Abdul Malik Tadjuddin Datuk DR H Ramli Sutanegara  SH Msi, Kepala Kemenag Kota Palembang H. Deni Priansyah, Ketua Yayasan Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo Kgs Sarnubi, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Palembang Isnaini Madani, sejumlah ulama, asatidz/asatidzoh Kota Palembang dan tokoh masyarakat Palembang.