Jejak Ulama Palembang Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani, Penyebar Semangat Jihad Anti Penjajahan [Bagian Ketiga]

Makam Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani di Patani, Thailand Utara/net
Makam Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani di Patani, Thailand Utara/net

Ensiklopedi Islam yang beredar di Arab, Timur Tengah, dan Barat menempatkan kepopuleran Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani setara dengan Soekarno, Presiden ke-1 Republik Indonesia.


Nama Al-Palimbani di kalangan umat Islam di Arab dan Timur Tengah sangat dihormati dan disegani. Dalam data sejarah di Masjid Al-Haram, Mekkah tercatat nama Al-Palimbani sebagai satu-satunya ulama dari Nusantara yang mendapatkan kehormatan sebagai imam besar Masjid Al-Haram. 

Beberapa peneliti sejarah ke-Islaman menduga kuat Al-Palimbani bersama saudaranya seayah, yaitu Wan Abdullah dan Wan Abdul Qadir telah mendapatkan gemblengan di pondok-pondok terkenal di Patani, seperti Pondok Bendang Gucil di Kerisik atau Pondok Kuala Bekah atau pun Pondok Semala. 

Salah seorang guru Al-Palimbani di Patani yang dapat diketahui adalah Syaikh Abdur Rahman bin Abdul Mubin Pauh Bok. Para sesepuh Kampung Pauh Bok itu menuturkan perihal keutamaan AlPalimbani yang berasal dari Palembang sebagai murid dari Syaikh Abdur Rahman.

Penuturan itu sesuai dengan pernyataan yang tertulis dalam kitab terjemahan Al-‘Urwatul Wutsqa versi Syaikh Abdus Samad bin Qunbul Al-Pathani. 

Menurut kitab itu Syaikh Abdur Rahman Pauh Bok menganjurkan/merekomendasikan Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani untuk melanjutkan pendidikan ke Mekah dan Madinah.Data berkaitan dengan hal ini belum ditemukan pada sumber-sumber tertulis lain. 

Beliau juga mempelajari ilmu sufi daripada Syaikh Muhammad bin Samman, selain mendalami kitab-kitab tasawuf karya Syaikh Abdul Rauf Singkel dan Samsuddin Al-Sumaterani (dua ulama ternama dari Nangroe Aceh). 

Sejak kecil Al-Palimbani memang lebih banyak mempelajari tasawuf. Tidak mengherankan bila sejarah mencantumkan Al-Palimbani sebagai pemikir dan ulama yang memiliki kepakaran dan keistimewaan dalam tassawuf. 

Saat masih menuntut ilmu di Patani, di mata para guru, teman-temannya, dan masyarakat yang mengenalnya, Al-Palimbani dianggap alim. Dia mendapat amanat sebagai kepala thalaah (tutor) di pondoknya.

Beberapa kitab karangan Al-Palimbani sampai sekarang masih menjadi salah satu kitab pokok tentang tassawuf yang dipelajari di berbagai pesantren di Thailand bagian selatan (terutama Patani) dan Malaysia. 

Di Arab, Timur Tengah, Barat, dan Semenanjung Malaya ketenaran nama AlPalimbani sebagai ulama tassawuf boleh dianggap melampaui Hamzah Fansuri, Nuruddin Al-Raniri, Abdul Rauf Singkel, Yusuf Al-Maqassari, dan sebagainya.