Empat PLTU Baru Akan Dibangun di Sumsel

Kapal Tongkang transportasi angkutan batu bara milik PT Pelabuhan Indonesia II melewati Jembatan Ampera saat melintasi Sungai Musi Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (15/6). (M Hatta/rmolsumsel.id)
Kapal Tongkang transportasi angkutan batu bara milik PT Pelabuhan Indonesia II melewati Jembatan Ampera saat melintasi Sungai Musi Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (15/6). (M Hatta/rmolsumsel.id)

Jumlah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Wilayah Sumatera Selatan (Sumsel) akan bertambah. Selain PLTU Sumsel 8 yang saat ini sedang proses pembangunan di Kabupaten Muara Enim, empat PLTU lainnya juga direncanakan segera direalisasikan pembangunannya.


Pembangunan PLTU baru tersebut diantaranya PLTU Sumsel 1 di Rambang Dangku Kabupaten Muara Enim, yang ditargetkan mulai komisioning tahun ini. PLTU Sumbagsel 1 ditargetkan mulai dibangun 2023. Selanjutnya, PLTU Sumsel 6 di Kabupaten Pali yang bakal dibangun 2027. Kemudian, PLTU Sumsel Ekspansi di Simpang Belimbing Niru Muara Enim 2023 mendatang. 

Plt Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumsel, Hendriansyah mengatakan, saat ini sudah ada enam unit PLTU yang sudah beroperasi. Diantaranya, PLTU Bukit Asam sebesar 260 MW dan PLTU Simpang Belimbing sebesar 227 MW di Kabupaten Muara Enim.

Lalu, PLTU Baturaja di Kabupaten OKU sebesar 20 MW. Kemudian PLTU  Banjarsari sebesar 220 MW dan PLTU Keban Agung sebesar 270 MW di Kabupaten Lahat. Terakhir, PLTU Sumsel 5 sebesar 300 MW di Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin. 

Pembangunan PLTU baru nantinya akan lebih banyak menyerap batu bara yang diproduksi di Sumsel. Menurutnya, langkah tersebut untuk mengurangi pengiriman batu bara ke luar Sumsel. “Jadi, batu bara kita untuk memenuhi kebutuhan di daerah saja. Hanya saja, untuk listriknya nanti untuk memenuhi kebutuhan daerah di wilayah Sumatera hingga Jawa. Inilah yang ingin dimaksimalkan,” kata Hendriansyah saat dibincangi, Selasa (15/6).

Menurutnya, pengiriman batubara ke luar Sumsel selama ini menimbulkan berbagai permasalahan. Seperti kemacetan akibat angkutan batu bara dan lainnya. “Dengan strategi penggunaan di daerah yang lebih banyak, kami yakin berbagai yang masalah yang timbul tadi bisa diminimalisir,” terangnya.

Terlebih, cadangan batu bara yang dimiliki saat ini kualitasnya masih kurang layak untuk ekspor. Sehingga, pemanfaatannya harus dimaksimalkan untuk kepentingan dalam negeri. Selain untuk bahan bakar PLTU, nantinya juga bakal dibangun hilirisasi produk batu bara.

“Batu bara akan diolah menjadi bentuk gas. Sudah ada rencana untuk ke sana yang dilakukan kerjasama PT Bukit Asam dan Pertamina. Tapi, untuk jangka panjang,” ungkapanya.

Hendriansyah menuturkan, meski memiliki cadangan batubara yang melimpah, namun lambat laun potensinya bakal segera habis. Sehingga harus dimanfaatkan dengan baik. Pemanfaatan energi juga nantinya bakal bergeser ke energi baru dan terbarukan.

“Seperti pemanfaatan panas bumi, solar cell, energi angin, dan lainnya. Namun, selagi cadangan batu bara kita melimpah, akan dimanfaatkan dengan baik,” jelasnya.