Dirintis Sejak 2018, ChildFund International Sudah Bangun 18 PAUD di Sumsel

PAUD di Sumsel yang menjadi binaan  ChildFund International. (ist/rmolsumsel.id)
PAUD di Sumsel yang menjadi binaan ChildFund International. (ist/rmolsumsel.id)

ChildFund International, sebuah lembaga pemerhati anak dunia telah memulai programnya sejak 1973 di Indonesia. Melalui pola kemitraan, lembaga ini bekerjasama dengan Yayasan Budi Asih Sumatera Selatan (YBASS) untuk mendampingi anak dan keluarga di 14 desa atau kelurahan, 6 kecamatan dan 3 kabupaten.


CH. Budianto selaku Pimpinan Proyek YBASS  menjelaskan salah satu fokus program yang sukses diimplementasikan di Sumsel yakni program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang dimulai pada 2008. Kerja sama keduanya menginisiasi pendirian 18 PAUD termasuk pembangunan fisik, fasilitas, penyediaan modul serta pelatihan para guru. 

Saat itu, kata Budianto, masyarakat  masih memandang pendidikan anak usia dini belum penting, karena bisa langsung masuk SD. 

“Program ini berhasil memberikan dampak nyata bagi masyarakat di wilayah dampingan, di mana masyarakat semakin menyadari perlunya PAUD dalam mempersiapkan mental anak, sosialisasi anak, kemampuan baca, tulis dan berhitung, sebagai transisi untuk pendidikan formal di tingkat sekolah dasar,” jelas Budianto dalam keterangan resminya, Kamis (25/4).

PAUD yang dirintis  pun tumbuh menjadi lembaga pendidikan mandiri dan mendapat dukungan finansial dari desa dan pemerintah setempat. 

Bahkan jajaran guru yang menjadi perintis telah mendapat pengakuan secara formal dari masyarakat, karena memiliki pembekalan pendidikan yang memadai hingga tingkat (strata-1). 

Selain itu, banyak juga jajaran guru  yang menjadi pengurus Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) tingkat kabupaten.

Sebagai lanjutan dari program PAUD, ChildFund International di Indonesia dan YBASS mengimplementasikan program kecakapan hidup dan literasi keuangan (PKHLK) untuk anak dan remaja usia 6 – 14 tahun. 

PKHLK ini penting mengingat usia ini mereka hidup dalam masa transisi dari anak-anak ke dewasa.  Program ini membimbing mereka memiliki kepribadian yang baik dan positif, cita-cita dan keterampilan secara sosial emosional serta dalam mengelola keuangan 

"Sehingga remaja memiliki pengetahuan positif tentang diri sendiri dan terdorong untuk melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang bermanfaat seperti sanggar seni, seni bela diri, kelompok bermain dan memiliki kebijaksanaan dan keterampilan dalam menghadapi era digital," kata Budianto.

Progam PKHLK pun mendapat sambutan yang baik di masyarakat dan berhasil meraih berbagai dukungan dan kolaborasi dari lembaga independen, seperti Forum Puspa, Puspaga, Satgas KLA hingga pemerintah. 

"Tak hanya itu, YBASS pun bekerja sama dengan desa-desa, termasuk mendampingi desa dalam menganggarkan dana desa demi keberlanjutan program ini guna membawa dampak yang lebih besar bagi anak-anak di Sumsel," tambah Budianto.

Selain program PKHLK, YBASS dan ChildFund International di Indonesia juga mengembangkan program perlindungan anak dengan mempelopori penerbitan peraturan desa (perdes) tentang Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) melalui kerja sama  dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU). 

Melalui progam ini, YBASS berhasil memotivasi 11 desa untuk membuat perdes yang juga telah mendapatkan SK Bupati untuk menjadi desa percontohan DRPPA di Kabupaten OKU. 

Country Director ChildFund International di Indonesia, Husnul Ma’ad  menjelaskan upaya organisasinya  berpusat pada menghubungkan anak-anak dengan komunitas, institusi, dan sumber daya untuk memastikan mereka tumbuh dengan sehat, terdidik, terampil, dan yang terpenting aman, baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun di ranah daring. 

“Keberhasilan ChildFund International di Indonesia ini tentunya tidak lepas dari hasil kerja keras seluruh mitra, komunitas, pemerintah, donor, sponsor, dan pemangku kepentingan  yang selalu berkomitmen untuk terus mendukung langkah kami," tutup Husnul Ma’ad.