Diduga, Penyakit yang Dorong Editor Muda Itu Akhiri Hidupnya

Selama dua pekan ini, publik mengira kematian editor Metro TV Yodi Prabowo karena pembunuhan. Karena itulah masyarakat Indonesia terkesiap, begitu Polisi menyatakan menduga kuat almarhum meninggal karena bunuh diri.


Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat, seperti dilansir JPNN.com, mengungkap hasil penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan tim gabungan.

"Dari beberapa faktor, penjelasan, keterangan ahli keterangan saksi, olah TKP (tempat kejadian perkara), keterangan yang lain dan bukti petunjuk yang lain maka penyidik sampai saat ini berkesimpulan bahwa yang bersangkutan diduga kuat melakukan bunuh diri," kata Tubagus Ade di Mako Polda Metro Jaya kemarin.

Berdasarkan keterangan ahli, kata Tubagus Ade, orang yang berniat bunuh diri kerap mencoba melukai dirinya sendiri dan indikasi tersebut ditemukan dokter forensik dari jenazah Yodi.

"Ditemukan fakta bahwa empat luka di dada, tiga di antaranya hanya luka dangkal 1-2 centimeter, itu yang dianggap percobaan," imbuh Tubagus.

Berikut fakta-fakta hasil penyelidikan polisi

  1. Yodi Tewas dengan Pisau yang Dibelinya Sendiri Polda Metro Jaya mengatakan editor Metro TV, Yodi Prabowo bukan korban pembunuhan, melainkan meninggal dunia karena bunuh diri. Bahkan, diduga kuat korban menusuk dirinya dengan pisau yang dibelinya sendiri.

"Pisau adalah alat yang diduga kuat untuk melukai. Dari mana datangnya pisau ini? Bukti pendukung CCTV toko perkakas di Rempoa. Pisau tersebut memiliki merek khas khusus, penyidik kemudian melakukan penelusuran, yang menjual hanya toko itu," kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat di Mako Polda Metro Jaya, Sabtu.

Tubagus mengatakan petugas kemudian menelusuri berapa banyak pisau yang terjual pada satu pekan dan mendapati hanya satu buah pisau yang terjual pada pekan tewas Yodi Prabwo. Dia menjelaskan pisau tersebut dibeli sendiri oleh korban sekitar pukul 14.21 WIB.

"Dicek CCTV didapatkan fakta bahwa yang membeli pisau tersebut korban sendiri. Perlu kami sampaikan pada saat membeli pisau orang tersebut tertangkap di CCTV, pakaian yang sama saat jenazah ditemukan," katanya.

  1. Masalah Percintaan
    Kombes Tubagus Ade Hidayat membeberkan sejumlah temuan-temuan yang semakin menguatkan dugaan editor Metro TV Yodi Prabowo meninggal dunia karena bunuh diri.

Dari dugaan awal, bunuh diri ini dilakukan Yodi karena depresi yang dialami. Pemeriksaan kepolisian bahkan dilakukan hingga ke masalah percintaan korban dengan kekasihnya yang bernama Suci.

“Jadi, yang bersangkutan ini memiliki pacar S, di sisi lain dia (korban) juga punya teman dekat dengan inisial L. Terjadi konflik, tetapi bisa diselesaikan,” kata Tubagus, Sabtu (25/7)

Kemudian, penyidik mendalami masalah lain yang diduga menjadi pemicu Yodi Prabowo melakukan aksi bunuh diri. Apalagi, beberapa kali korban menyampaikan kalimat yang aneh kepada pacarnya. “Kalau saya tidak ada bagaimana?” kata Tubagus menirukan ucapan korban ke kekasihnya.

Dalam penafsiran kepolisian, kata “tidak ada” itu adalah meninggal dunia. “Menurut tafsiran kami, “kalau saya tidak ada” ini saya meninggal. Ini disampaikan berulang-ulang. Kemudian, di antara mereka (korban dan pacarnya) ada rencana menikah tahun depan,” beber Tubagus.

  1. Positif Narkoba

Polisi menyebut Yodi Prabowo positif mengonsumsi narkoba berdasarkan hasil autopsi. "Hasil 'screening' (penyaringan) narkoba, di dalam urine (Yodi) kami temukan ampetamin positif," kata Dokter Spesialis Forensik Instalasi Dokfor Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Kramat Jati Jakarta Timur, Arif Wahyono di Polda Metro Jaya, Sabtu.

Arif mengatakan fakta tersebut didapatkan saat polisi melakukan autopsi terhadap jasad Yodi. Amfetamin diketahui sebagai zat yang kerap ditemui dalam narkoba jenis pil ekstasi.

Pada kesempatan yang sama, Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat menambahkan, kandungan ekstasi di dalam tubuh Yodi turut memperkuat dugaan bunuh diri.

Tubagus menyebut seseorang yang berada dalam pengaruh narkoba bisa melakukan hal yang sama sekali tidak terpikirkan oleh orang normal. "Apa pengaruhnya yang oleh orang normal tidak mungkin? Meningkatkan keberanian orang luar biasa. Maka yang harus diukur pengaruh amfetamin terhadap keberanian yang tidak mungkin dilakukan korban," jelas Tubagus.

  1. Sempat Tes HIV di RS
    Editor Metro TV Yodi Prabowo yang diduga kuat meninggal dunia akibat bunuh diri ternyata sempat memeriksakan diri untuk HIV ke rumah sakit. Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat mengatakan fakta tersebut didapatkan saat petugas memeriksa aliran keuangan milik Yodi. "Tentang analisa transaksi keuangan, dengan gunakan debit melakukan pembayaran ke rumah sakit. Pertanyannya untuk apa uang itu? Dilakukan pemeriksaan laboratorium dan juga konsultasi ke dokter," kata Tubagus Ade Hidayat di Mako Polda Metro Jaya, Sabtu.

"Dokter apa? Adalah dokter ahli penyakit kelamin dan kulit, pengecekan, pasti ada keluhan, kemudian dia lakukan konsultasi ke dokter. Setelah itu disarankan untuk lakukan pengecekan, atas kehendaknya sendiri positif atau tidaknya HIV," tambahnya.

Selain transaksi keuangan untuk pembayaran rumah sakit, Tubagus menyebut tidak ada transaksi yang mencurigakan saat petugas menelusuri aliran keuangan Yodi.

"Transaksi keuangan tidak ada yang menonjol, hanya yang bersangkutan berobat ke rumah sakit," ujarnya.[ida]