Tiru Data Base Covid-19, BNNP Sumsel Bakal Tracing Perkembangan Narkoba di Sumsel

Kepala BNNP Sumsel, Brigjen Pol Djoko Prihadi. (Humaidy Aditya Kenedy/Rmolsumsel.id).
Kepala BNNP Sumsel, Brigjen Pol Djoko Prihadi. (Humaidy Aditya Kenedy/Rmolsumsel.id).

Dalam upaya memerangi peredaran narkoba yang kian masif di Sumsel, Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumsel bakal melakukan tracing terhadap beberapa wilayah Bumi Sriwijaya. Hal tersebut sama seperti yang dilakukan dalam memantau penyebaran Covid-19.


Kepala BNNP Sumsel, Brigjen Pol Djoko Prihadi mengatakan bahwa peredaran narkoba tidak bisa dihitung layaknya laporan yang ada kepolisian.

“Misalnya orang dalam sebulan ada laporan 11 kali pencurian, nah dari laporan itu kita bisa tahu meningkat atau tidaknya. Tapi kalau narkoba berbeda sekali, orang tidak lapor, kita yang cari,” katanya, Rabu (20/4).

Menurutnya, dalam menentukan peredaran narkoba meningkat atau menurun di suatu wilayah diperlukan survei secara teliti dengan mengawasi langsung perkembangan di tengah masyarakat.

Djoko menyebutkan, yang pertama harus disiapkan adalah memiliki data base terkait perkembangan narkoba di suatu wilayah. Data base tersebut berisi mulai dari jumlah pemakai narkoba, peredarannya, ataupun kasus yang terjadi di wilayah tersebut.

Kemudian dari data base tersebut akan ditentukan wilayah tersebut dengan kategori, seperti bahaya, waspada, siaga, hingga aman.

“Dari data base itu kita lihat meningkat tidak, mulai dari peningkatan yang sembuh, atau meningkat pemakai narkoba, atau meningkat peredarannya. Dan itu yang kita lihat dari hasil data base, seperti Covid-19” ungkapnya.

Kendati demikian, program tersebut masih dalam tahap perencanaan. Sebab, diperlukan kerjasama dengan semua stakeholder terkait yang memiliki peran masing-masing dalam melakukan program tersebut, mulai dari tim survei, tim kesehatan, hingga tim lainnya.

 “Kalau mau semuanya benar-benar ingin membasmi narkoba ini, tentu perlu kita lakukan kerjasama ini, sehingga kita bisa melihat ini meningkat atau menurun grafiknya,” imbuhnya.

Djoko mengatakan BNNP Sumsel saat ini sudah bekerjasama dengan PKK untuk melihat per sepuluh keluarga. Dari kerjasama tersebut akan dilihat bagaimana perkembangannya dan melakukan sosialisasi untuk tidak takut melakukan rehabilitasi apabila sudah menjadi pemakai.

“Selama ini mereka tidak mau rehabilitasi sendiri, rehabilitasi itu hanya dari tangkapan kepolisian dan BNNP yang mengawasi. Sisanya tidak mau inisiatif berhenti dan rehabilitasi, jadi kita sosialisasikan dari per sepuluh keluarga tersebut,” ungkapnya.