Tiga Rumah warga rusak parah akibat ambruknya alat elektrik launcher girder pembangunan Flyover Bantaian yang menimpa Kereta Api Babaranjang di Desa Panang Jaya/Desa Penanggiran, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muara Enim, Sumsel, Kamis (7/3).
Diketahui rumah tersebut milik Tabrani (60) Darningsih (43) dan Juliana (51) yang jarak rumahnya sekitar 20 sampai 30 meter dari tempat rencana pembangunan flyover bantaian.
Anak dari korban terdampak Tabrani, Apredo Pramudya (18) mengatakan, kemarin, Kamis (7/3) sekitar pukul 09.00 WIB para petugas dan pekerja sedang berkumpul.
Pada saat kejadian Edo mengaku sedang berada di rumah, begitu mendengar suara dan terlihat crane berayun hendak menimpa rumah.
"Begitu terdengar suara dentuman, saya langsung melompat, posisi di dalam rumah kalau tidak melompat mungkin saya sudah mati,"ujarnya mengingat kejadian itu.
Ketika crane launcher menimpa rumah, Edo mengaku menyaksikan langsung sehingga sempat melarikan diri, pada saat kejadian di dalam rumah ada tiga orang.
"Ado aku, ibukku dan adek aku. Adekku saya tidak sempat memperhatikan tapi alhamdulillah dia selamat, kalau tidak saya tidak bisa mengatakannya,"kata Edo.
Dirinya melompat, hingga kepalanya membentur lemari, kemudian akibat kejadian itu banyak barang yang hancur dan rusak seperti motor tertimpa, TV, lemari, barang lainnya dan separuh dari rumah.
Sejauh ini belum ada pihak manapun yang mencoba mendata atau memberikan bantuan, Edo mengatakan ada tiga rumah yang terdampak, rumah Juliana, Darningsih dan rumahnya sendiri.
"Untuk kerugian belum bisa ditaksir, namun melihat dampak yang ada sekitar 70 persen terdampak, pasca kejadian ceritanya sangat parah, bahkan penerangan pun tidak ada termasuk bantuan untuk makan, kami tidur juga di dapur karena separuh rumah hancur, tidak ada bantuan sama sekali, kalau hujan sudah selesai kami kebasahan dan bisa saja banjir karena atap hancur," ujarnya
Dirinya berharap pihak terkait bertanggungjawab atas dampak kejadian ini terhadap rumah warga, untuk memperbaiki, mendata kerusakan dan menemui keluarg terdampak, agar ditemukan solusinya seperti apa.
"Dinding-dinding rumah retak semua, mungkin kalau difoto semuanya terlihat, untuk memastikan silahkan masuk kedalam," pintanya kepada awak media.
Warga terdampak lainnya, Juliana (51) mengatakan, pada saat kejadian dirinya sedang berada di kebun saat pulang dirinya sudah menyaksikan rumah hancur tertimpa crane launcher.
"Tidak ada yang memberi tahu rumah hancur, sekitar pukul 11.30 WIB saya pulang, saat sedang berjalan pulang melihat rumah sudah roboh, saya langsung menangis, di rumah tidak ada orang, hanya saya sendiri," ujar Juliana.
Kerusakan kemungkinan 100%, kata dia, menyisakan sedikit dari bangunan rumah, untuk sementara waktu dirinya mengungsi ke rumah adiknya.
"Saya berharap ganti rugi, kalau tidak mau tinggal dimana, termasuk bantuan makanan juga belum ada dari perusahaan atau pihak yang bertanggungjawab," harapnya.
Rumah terdampak lainnya Darningsih (43) tahun mengaku sedang berada di rumah saat kejadian dirinya sedang memarahi anaknya karena rebutan handphone.
"Tiba-tiba terdengar dentuman keras, saya pikir akan kiamat, kami bertiga mendadak terdiam, sebelum akhirnya alat itu jatuh menimpa atap sudut rumah," ujarnya.
Kerusakan yang dialami kata Ningsih, bagian atap dan meteran listrik rusak, dinding retak dan berlubang, sementara beberapa kayu penyangga patah.
"Kami berharap ada bantuan dan ganti rugi, apalagi semalaman kami tidur tanpa penerangan, disertai rasa was-was,"tutup Ningsih.
- Muara Enim Kucurkan Rp32,5 Miliar, Bangun Oprit Jembatan di Empat Petulai Dangku
- Bupati Muara Enim Tegaskan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Buruh di May Day 2025
- 1 PPK dan 2 Kontraktor Jadi Tersangka Kasus Dugaan Korupsi Proyek Siring di Muara Enim