Sudah Timbulkan Debu, CSR Juga Tak Jelas, Warga PALI Akhirnya Geruduk Kantor PT Servo Lintas Raya

Sejumlah warga dari tiga desa di Kecamatan Tanah Abang Kabupaten PALI yang menggelar aksi protes ke kantor PT Servo Lintas Raya. (ist/rmolsumsel.id)
Sejumlah warga dari tiga desa di Kecamatan Tanah Abang Kabupaten PALI yang menggelar aksi protes ke kantor PT Servo Lintas Raya. (ist/rmolsumsel.id)

Keberadaan PT Servo Lintas Raya (SLR) yang mengelola jalan hauling batubara di sebagian wilayah Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) telah meresahkan warga. 


Pasalnya, operasional perusahaan, mulai dari proses bongkar muat batubara di stockpile KM 36 hingga pengangkutan menggunakan mobil dump truck telah menimbulkan debu yang menyerang hingga pemukiman. 

Kesal dengan kondisi itu, ratusan warga dari tiga desa di Kecamatan Tanah Abang yakni Desa Harapan Jaya, Desa Lunas Jaya, dan Raja mendatangi kantor perusahaan yang merupakan bagian dari Titan Group ini. Tepatnya di jalan khusus batubara KM39 Kecamatan Tanah Abang. 

Dalam aksinya, warga menyuarakan empat poin tuntutan. Pertama, terkait kesehatan masyarakat dan anak sekolah yang terimbas debu dari aktivitas perusahaan. 

"Debu dari operasional perusahaan ini telah menyerang hingga ke pemukiman dan sekolah. Sehingga, kami minta perusahaan untuk bertanggung jawab," ujar Kordinator Lapangang (Korlap) Ando Abdumayu SKom, Senin (11/9). 

Tuntuntan kedua, lanjut Ando, perusahan harus memperhatikan dampak pencemaran lingkungan, karena adanya sejumlah stockpile yang ketika hujan aliran airnya langsung ke sungai. Sehingga berdampak pada pendakalan sungai dan membuat air sungai menjadi keruh.

"Lalu kita lihat anak-anak sungai yang kini kian mendangkal akibat endapan dari debu batubara yang mengalir," katanya. 

Selain itu juga, dirinya meminta keterbukaan dana CSR yang diberikan perusahaan sejak tahun 2022 hingga saat ini dianggap tidak jelas, bahkan tidak dirasakaan dampaknya oleh masyarakat.

"Yang kita tekankan juga terkait duga kuat praktek jual-beli pekerjaan pada perusahaan tersebut, sehingga dampaknya banyak orang luar daerah yang bekerja dan putra daerah tidak diutamakan untuk bekerja, padahal kita merupakan ring satu perusahaan," terangnya. 

Menurut Ando, intensitas debu batubara yang menyerang pemukiman saat ini kian meningkat sebagai dampak dari musim kemarau dan cuaca panas yang menyerang wilayah PALI. Seharusnya, perusahaan sudah mengantisipasi dengan melakukan penyiraman lebih rutin lagi. 

"Harusnya ada penyiraman lebih rutin lagi. Tidak bisa dibiarkan begini terus. Kami warga ini yang merasakan dampaknya," tegasnya. 

Dia meminta perusahaan untuk segera memenuhi poin tuntutan tersebut. Jika tidak ada penyelesaian, maka pihaknya akan datang kembali dengan massa yang lebih besar.