Warga Lahat Tuntut Servo Lintas Raya Bangun Fly Over di Persimpangan Tanjung Jambu

Angkutan batubara di Merapi Timur Kabupaten Lahat/ist
Angkutan batubara di Merapi Timur Kabupaten Lahat/ist

Sejumlah warga yang tinggal di Kabupaten Lahat, khususnya Kecamatan Merapi Timur mengeluhkan kondisi kemacetan yang sering terjadi di ruas jalan lintas Sumatera (Jalinsum) dalam beberapa tahun terakhir.


Kemacetan tersebut disebabkan akibat banyaknya truk batubara yang melintas untuk masuk ke gerbang jalan khusus batubara milik PT Servo Lintas Raya (SLR) yang berada di Desa Tanjung Jambu. Persimpangan di kawasan itu selalu padat dari aktivitas truk batubara yang ingin menyeberang ke dalam gerbang masuk Jalan Servo. 

Seperti yang diungkapkan Nurhadin, tokoh masyarakat di Merapi Timur. Dia mengatakan, kemacetan tersebut seharusnya bisa diantisipasi jika perusahaan bisa membangun Fly Over. Sehingga, lalu lintas truk batubara maupun kendaraan warga tidak saling mengganggu. 

"Harusnya simpang servo ini dari informasi yang kami terima sudah ada Fly Over. Sehingga tidak mengganggu aktivitas kendaraan umum lainnya yang melintas seperti sekarang ini," kata Nurhadin saat menyampaikan keluhan kepada Anggota DPRD Sumsel dalam kegiatan reses beberapa waktu lalu. 

Nurhadin menceritakan, kemacetan yang terjadi di kawasan tersebut  selalu terjadi mulai dari sore hingga malam hari. Dia membandingkan jalan khusus yang dibuat oleh PT SLR dengan angkutan kereta api. Dimana angkutan kereta api sudah membangun infrastruktur dengan membuat fly over diatas jalan. 

"Kami minta agar pemerintah bisa mendesak perusahaan membangun Fly Over sehingga kemacetan seperti ini bisa diantisipasi," ucapnya. 

Selain membuat macet, angkutan batubara yang hendak masuk ke Jalan Servo juga menimbulkan debu akibat proses penutupan terpal pada bak yang tidak layak. Sehingga, batubara yang diangkut banyak yang tumpah ke jalan dan menghasilkan debu hingga masuk ke rumah warga. 

"Penutupan menggunakan terpal ini tidak dilakukan dengan baik. Akhirnya debu batubara sampai masuk ke rumah warga yang ada di pinggir jalan," terangnya. 

Yayasan Anak Padi yang merupakan organisasi pemerhati lingkungan di Kabupaten Lahat menyebutkan, persoalan angkutan batubara yang melintas di jalan umum semakin menjadi saat jalan khusus Servo dioperasikan. Sebab, semakin banyak tambang yang mengangkut batubara menuju jalan khusus tersebut dengan menggunakan jalan umum. 

"Kalau sebelumnya, tambang yang beroperasi itu mengandalkan jalur kereta api. Namun, setelah ada jalan khusus, angkutan batubara dari tambang yang melintas di jalan umum ini malah semakin banyak," kata Sahwan, Ketua Yayasan Anak Padi saat dibincangi. 

Kondisi itu tidak hanya menyebabkan kemacetan. Tapi juga, polusi udara dan suara dari aktivitas truk yang melintas mengganggu aktivitas warga. 

"Warga harus merasakan debu dari angkutan batubara. Selain itu, suara truk yang melintas juga membuat polusi suara. Suara azan yang berkumandang dari masjid bahkan kalah keras dengan raungan mesin kendaraan," terangnya. 

Pemerintah sebenarnya bukan tidak tahu dengan persoalan ini. Keluhan warga sudah bertahun-tahun disampaikan. Namun, keberpihakan pemerintah terhadap warganya hingga saat ini tidak terlihat. 

"Pemerintah lebih mementingkan urusan bisnis perusahaan daripada keselamatan warganya. Kalau mau tegas, pemerintah seharusnya menghentikan pengangkutan batubara di jalan umum," ungkapnya. 

Jika memang perusahaan tidak bisa menyediakan jalur khusus, Sahwan meminta agar pengangkutan menuju jalan servo lebih baik dihentikan sementara. 

"Jangan perusahaan yang dapat untung, masyarakat yang harus dikorbankan," tandasnya.