Soal Pendirian Museum Sriwijaya, Sekda Sumsel Sebut Masih Rencana

Suasana Pembukaan Rapat Koordinasi Persiapan Penelusuran dan Penyelamatan Arsip Sejarah Kemaritiman Kerajaan Sriwijaya di Hotel The Zuri Palembang, Rabu (22/5).(ist/rmolsumsel.id)
Suasana Pembukaan Rapat Koordinasi Persiapan Penelusuran dan Penyelamatan Arsip Sejarah Kemaritiman Kerajaan Sriwijaya di Hotel The Zuri Palembang, Rabu (22/5).(ist/rmolsumsel.id)

Rencana Pj Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Agus Fatoni yang akan membangun Museum Sriwijaya di tanggapi Sekda Sumsel SA Supriono.


 

“Itu baru rencana, ini tidak bisa sekarang ya secara formal bukan hanya untuk saat ini , mungkin ini idenya dari beliau (Pj Gubernur Sumsel Agus Fatoni), apakah akan terwujud sekarang atau nanti yang jelas kita sudah punya ide pembangunan  Museum Sriwijaya,” katanya usai membuka  Rapat Koordinasi Persiapan Penelusuran dan Penyelamatan Arsip Sejarah Kemaritiman Kerajaan Sriwijaya di Hotel The Zuri Palembang, Rabu (22/5).

SA Supriono  mengakui penulisan kembali Kedatuan Sriwijaya bukan pekerjaan yang gampang  cukup sulit karena  satu hal yang harus di akui orang , walaupun sebenarnya sekarang tidak ada yang yang menyanggah kalau Kedatuan Sriwijaya  ada di Palembang dengan  segala bukti  baik secara alam maupun secara dokumentasi.

“Bentuk dukungan kita ya kita harus aktif, ini khan tidak hanya Pemprov ya , semua pemangku kepentingan , orang-orang yang mempunyai legal formal tentang kearsipan juga ikut , orang yang bergerak di bidang arkeologi  dan bermacam-macam terlibat disitu,” katanya.

Sedangkan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (Anri) Drs. Imam Gunarto, M.Hum mengatakan , seminar atau workshop tentang Kedatuan Sriwijaya ini  bagian upaya pemerintah pusat dan daerah serta komunitas , Universitas untuk menggali sumber-sumber sejarah kerajaan kita di masa lalu.

“ Jadi kejayaan Indonesia di masa lalu banyak diceritakan tetapi sumber-sumber otentiknya entah itu arsip , entah prasasti , entah naskah-naskah itu sangat terbatas , oleh karena itu rapat koordinasi semacam ini untuk menggali tentang Kerajaan Sriwijaya sebetulnya seperti apa , bukti-buktinya apa saja itu sangat penting sekali dilakukan dan itu tidak bisa dilakukan oleh pemerintah sendiri apalagi oleh Anri sendiri  harus bersama-sama dengan pihak terkait yang memang memiliki kapasitas dan kemampuan ,”ujarnya.

Di masa Sriwijaya , arsip-arsip tidak ada  dan yang masih dikenali adalah situs –situs, prasasti.

Di dalam prasasti itu ada catatan informasi berupa arsip.

"Jadi kalau kita sudah punya cerita Sriwijaya yang hebat dan bukti-buktinya bisa ditunjukkan.

Tinggal kita ajukan ke Unesco, apakah Sriwijaya saat itu memiliki pengaruh internasional , apa skupnya Asia Pasifik atau skupnya dunia itu harus dipelajari dulu,"jelasnya.

Apalagi Arsip nasional memiliki program khusus bernama memori kolektif bangsa .

“ Kita sedang mengumpulkan  bukti-bukti apa saja  diseluruh Indonesia yang layak diangkat  sebagai memori kolektif bangsa  itu, karena ada memori perorangan , memori keluarga , memori desa memori kabupaten kota, memori provinsi , memori nasional , memori kolektif bangsa itu yang sedang didokumentasikan  oleh Anri,” katanya.

Dan bagi memori kolektif bangsa yang memiliki level regional, Asia Pasifik misalnya pihaknya ajukan untuk diakui Unesco sebagai level Asia Pasifik.

“Kalau levelnya internasional  kita ajukan ke Memory Of The World.” katanya.

Untuk Kedatuan Sriwijaya ini pihaknya perlu literatur-literatur , catatan-catatan  diluar negeri yang menceritakan soal Sriwijaya  misalnya di India dimana dulu ada Universitas Nalanda , apakah ada peninggalan di India  dan sebagainya yang menceritakan tentang Sriwijaya dan itu menjadi sumber yang harus di telisik.

“Enggak akan diklaim ya karena memang ini  letaknya disini , situsnya nggak pindah , prasasti tetap di sini , jadi begini membangun Indonesia itu tidak hanya membangun fisik infrastruktur , ekonomi, bangun pangan tapi bangun  manusia itu termasuk pikiran dan hatinya, nah arsip , memori kolektif itu membangun supaya pikiran bangsa Indonesia pikirannya  positif , optimistik kedepan, karena kita punya kejayaan masa lalu yang hebat,” katanya.

Tapi kalau Indonesia tidak memiliki masa lalu yang hebat  siapa diri kita , kita tidak tahu, bagaimana kita akan bangga dengan diri kita .

“Kalau kita tidak punya kebanggaan , bagaimana kita  tidak mencintai negeri ini , jadi tujuannya untuk membangun , memupuk nasionalisme , kecintaan agar  kita lebih kuat berjuang membangun bangsa ini sesuai bidangnya , ya jadi memori kolektif bangsa ini sebetulnya ingin memasuki semua  pikiran anak bangsa ini agar memiliki  rasa kebangsaan  dari arsip, naskah , artefak-artefak tentang budaya luhur kita ,” katanya.