Pemda Kurang Respon, Puluhan Petani di Semendo Raya Benahi Irigasi Secara Swadaya

Puluhan Petani di Ataran Segamit Kecamtan Semendo Darat Ulu memperbaiki siring secara swadaya/ist
Puluhan Petani di Ataran Segamit Kecamtan Semendo Darat Ulu memperbaiki siring secara swadaya/ist

Semendo Raya yang menyandang status kawasan agropolitan nyatanya tidak menjadikan berbagai aktivitas pertanian di Desa Segamit, Kecamatan Semendo Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim menikmati fasilitas penunjang yang layak dan berkualitas 


Salah satunya adalah pembangunan saluran irigasi (siring) yang tak kunjung direalisasikan oleh pemerintah, pada akhirnya hal ini menjadi beban bagi para petani untuk menyalurkan air secara maksimal ke areal persawahan.

"Semalam petani di Ataran Segamit mendapat musibah, siring yang menyalurkan air ke areal pesawahan longsor, sehingga hal tersebut tentu mengganggu banyak aktivitas pertanian," keluh Ketua Siring Ataran Segamit, Mayor Efendi kepada RMOLSumsel, Rabu (6/12).

Mayor mengaku, sudah berulang kali melayangkan proposal bantuan pembangunan siring permanen, untuk mengalirkan air ke sawah para petani, diharapkan dengan pembangunan itu pertanian bisa lebih maju dengan infrastruktur penunjang yang berkualitas.

Siring yang longsor itu kurang lebih sepanjang 34 Meter terjadi di dua titik lokasi longsor, dengan ketinggian 8 meter, Mayor menegaskan selama petani terus-terusan swadaya setiap kali ada keperluan untuk menunjang dan mempertahankan aktivitas pertanian, pertanyaannya dimana pemerintah hari ini.

"Sebentar lagi akan tiba musim tanam, namun karena terjadi musibah ini, perhatian petani buyar, di samping mereka harus menyiapkan untuk musim tanam. Para petani juga harus membenahi siring yang rusak, ini kan repot," jelas Mayor.

Siring ataran Segamit ini, terang Mayor, mengaliri tiga desa tidak hanya disini, jadi akibat kejadian ini banyak sekali aktivitas para petani yang terganggu.

"Di mata kami petani, pemkab Muara Enim tidak tepat dalam penggunaan anggaran untuk pembangunan, hal yang belum urgen dibangun malah dibangun. seperti halnya pagar-pagar kuburan, lapangan-lapangan dan lainnya," tegas mayor.

Pihaknya kecewa, perhatian pemerintah terhadap petani sangatlah kurang, terutama dinas yang menaungi bidang pertanian kurang respon terhadap kebutuhan petani yang hingga kini tidak ada realisasi pembangunan yang bermanfaat bagi petani.

Saat ingin menanam, petani bingung mengatur air, sudah menanam pupuk sulit didapat, sudah tiba masa panen harga jual tidak pernah menentu. 

"Harusnya pemerintah sadar dan malu ketika petani sudah membangun irigasi secara swadaya, ini sudah bentuk ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang kerap lamban dan mengesampingkan aspirasi petani," tutup Mayor

Sementara petani lainnya, Kurnadi mengatakan bahwa akibat kejadian ini dirinya harus menunda pekerjaan di sawah yang sedang persiapan musim tanam, dirinya mengaku selama ini selalu swadaya ketika ada kebutuhan terkait aktivitas pertanian.

"Baik Pertanian atau perkebunan sama saja, tidak ada fasilitas pendukung yang dibangun pemerintah cukup berarti bagi petani, masih banyak kurangnya," katanya.

Kurnadi menilai bahwa pemerintah harusnya lebih peduli pada petani karena saat ini, ada banyak kebutuhan pertanian yang belum terpenuhi, seperti saluran irigasi, jalan usaha tani, alat pertanian dan banyak hal lainnya.

"Jangan gaungnya saja lumbung pangan, mandiri pangan tapi aspirasi petani selalu di nomor duakan. Kami minta pemerintah cepat tanggap dan lebih memperhatikan lagi, jangan sampai kami bosan dan kehilangan rasa percaya pada kinerja pemerintah di Kabupaten Muara Enim," pungkasnya.