Hasil Panen Menurun, Harga Kopi Merangkak Naik

 R Maulana Mubarak sedang memanen buah kopi di kebun miliknya. (Noviansyah/rmolsumsel.id)
R Maulana Mubarak sedang memanen buah kopi di kebun miliknya. (Noviansyah/rmolsumsel.id)

Harga kopi di tingkat petani di Wilayah Semendo Raya, Muara Enim mulai merangkak naik. Hal ini dikarenakan hasil panen yang menurun dibandingkan tahun lalu.


Dari informasi yang didapat sebelumnya harga kopi mencapai Rp20.000 hingga Rp21.000 per kilogramnya, kini  sudah mencapai diangka Rp22.000 per kilogram. 

Salah satu petani Kopi Semendo, di desa Cahaya Alam, R Maulana Mubarak mengatakan, harga kopi tahun ini lebih baik, namun hasil panen tidak sebanyak tahun lalu. harga kopi ini mengalami kenaikan secara bertahap mulai dari Rp20.000, kemudian Rp21.000 dan kini menjadi Rp22.000.

"Buah kopi tahun ini menurun, kalau tahun lalu satu pohon kopi bisa menghasilkan lima kilogram kopi gelondong basah. Saat ini menghasilkan tiga kilogram sudah bagus,” ungkap Mubarak kepada kantor berita RMOLSumsel, Rabu (8/6).

Menurut dia, penurunan produksi kopi tersebut karena pada saat tanaman berbunga banyak yang rontok atau gugur saat pembuahan karena terkena hujan.

“Ritme antara perkembangan bunga kopi  hingga keputik dengan cuaca berubah, biasanya di musim pertengahan tahun itu semestinya panas tapi justru hujan angin sehingga banyak bunga akan berubah menjadi kopi gugur,” kata Mubarak.

Dijelaskannya lebih lanjut mengenai dampaknya kopi itu tanaman dengan biji yang semestinya bernas. Disaat proses untuk mengisi memadatkan biji tadi, itu dibutuhkan panas.  

Pada sisi lain, di saat panen yang seharusnya cuaca panas, ternyata turun hujan terus menerus sehingga biji kopi tidak bisa dijemur dengan baik. “Memang di kawasan dataran tinggi, besarnya debitnya hujan memang besar. Tapi bisa diprediksi dan saat ini tidak bisa diprediksi lagi,” katanya.

Dirinya berharap harga jual biji kopi ini akan terus bertahan dan semakin naik, sehingga akan membuat petani kopi bersemangat untuk mengolah kebun kopi. “Semoga saja harga korban tetap stabil dan terus naik. Sehingga apa yang diharapankan petani kopi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terwujud,” pungkasnya.