Pandemi Bukan Rintangan, Delapan Penelitian Balai Arkeologi Sumsel Nyaris Rampung 

Candi Muaro Jambi salah satu tempat objek penelitian Balar Sumsel/net
Candi Muaro Jambi salah satu tempat objek penelitian Balar Sumsel/net

Memasuki bulan September di tahun 2021, Balai Arkeologi (Balar) Sumatera Selatan akui pandemi Covid-19 tak terlalu menjadi penghalang bagi mereka untuk bekerja. Hal ini dibuktikan dari delapan program balai arkeolog di tahun 2021 enam diantarannya sudah selesai dilakukan penelitian.


“Kebetulan di tahun ini kita memiliki delapan program penelitian yang menjadi target ya. Alhamdulillah saat ini sudah ada enam penelitian yang telah selesai dilaksanakan, satu dipangkas dan satu lagi nanti dibulan September,” ujar Budi Wiyana, Kepala Balai Arkeologi Sumatera Selatan kepada Kantor Berita RMOLSumsel, Rabu (2/9)

Enam program yang telah diselesaikan tersebut meliputi Penelitian Islam di Kabupaten Muara Enim dan Ogan Komering Ulu (OKU), Penelitian penempatan Candi di Muara Jambi dan Bumi Ayu, Penelitian Candi Koto Mahliga di Muara Jambi, Penelitian Tempayan Kubur di Kepahiang, Bengkulu, Penelitian arkeologi maritim di Belitung Timur.

Budi menambahkan meskipun memiliki nama Balai Arkeologi Sumatera Selatan, tetapi kegiatan dari Balar ini mencakup empat provinsi yakni Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Selatan.

Selain itu terdapat satu penelitian nanti akan dilaksanakan sekitar pertengahan bulan September 2021 di daerah terluar Indonesia, yakni Pulau Enggano, Bengkulu.  Satu penelitian juga harus di hapus karena suatu alasan tertentu.

“Untuk kegiatan di bidang penelitian ini terkait dengan pandemi Covid-19 ini gak ada masalah, sebab lokasi dari penelitian kita ini juga berada di daerah yang zona hiijau,” ujarnya

Budi mengaku sudah mendapatkan arahan apabila lokasi yang dituju untuk penelitian berada di zona merah, maka penelitian tersebut pun belum bisa untuk dilanjutkan.

“Jadi penelitian yang banyak telah selesai itu kami lakukan sebelum masa PPKM, meskipun di awal-awal PPKM juga ada penelitian, tapi itu dilakukan di tempat yang zonanya tidak merah," ucapnya

Hambatan yang dirasakan Balai Arkeologi terkait pandemi ini adalah kegiatan pengembangan yang mana melibatkan siswa dan masyarakat serta kegiatan pameran.

Selain itu, pelayanan masyarakat yang biasa dilakukan oleh balai arkeologi sumsel juga terhambat. Sebab Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diberlakukan di Palembang saat ini.

“Untuk pengunjung yang sering datang kekantor itu didominasi oleh mahasiswa, sebab kebanyak dari mahasiswa yang datang untuk belajar, membuat tugas, ataupun mengerjakan skripsi," katanya.

Sebagai informasi, penelitian yang telah dilakukan kemudian dikembangkan di ‘Rumah Peradaban’. Rumah Peradaban bukanla sebuah bentuk fisik rumah tetapi sebutan untuk istilah dari pengembangan dari hasil penelitian.

“Harapan pertamanya yang jelas pandemi ini semoga cepat berakhir ya, sebab kondisi pandemi ini sangat membatasi kita dalam beraktivitas. Sehingga dalam penelitian dan pengembangan dari balai arkeologi kedepannya bisa lancar dan mudah,” pungkasnya.