Panas Begitu Menyengat di Palembang, Fenomena Apa Ini?

ilustrasi.(rmolsumsel)
ilustrasi.(rmolsumsel)

Kondisi cuaca panas terasa sangat menyengat terjadi di Kota Palembang. Fenomena ini terjadi sejak awal Oktober lalu dan terus mengalami peningkatan hingga hari ini (13/10). Apa yang sebenarnya terjadi?


Kepala Stasiun Klimatologi Palembang, Wandayantolis mengatakan berdasarkan siklus normal suhu udara di Palembang, suhu udara tertinggi memang terjadi pada sekitar September dan Oktober setiap tahunnya. Faktor utama yang berperan pada siklus ini ada gerak semu matahari yang melintasi wilayah Sumsel pada periode tersebut.

Puncak panas biasanya terjadi tepat setelah titik kulminasi terjadi atau justru setelah posisi matahari telah melewati titik kulminasinya. Seperti halnya pada suhu harian, suhu tertinggi justru tercapai setelah pukul 13 siang. Bukan pada saat pukul 12 di mana matahari tepat berada di atas kita.

"Ini berkaitan dengan neraca kesetimbangan panas antara radiasi gelombang pendek yang diterima dengan radiasi pantul dari permukaan bumi," katanya melalui keterangan resmi yang diterima Kantor Berita RMOLSumsel, Senin kemarin (12/10).

Dia menjelaskan dalam satu tahun, gerak semu matahari akan dua kali melintasi wilayah Indonesia termasuk Sumatera Selatan tentunya. Karenanya, puncak suhu maksimum selain terjadi antara September dan Oktober juga terjadi pada sekitar April atau Mei.

Berkaitan suhu yang dirasa lebih menyengat sejak awal Oktober ini, lebih dipengaruhi oleh berkurangnya curah hujan dalam periode yang sama. Berdasarkan pantaun Stasiun Klimatologi Palembang, pada dasarian I Oktober curah hujan yang terjadi berlangsung di bawah normal atau lebih rendah dari biasanya.

"Biasanya yang menekan sistem konvektif di wilayah Sumatera adalah Siklus MJO pada kuadran 5 dan adanya siklon tropis di utara yang menyedot uap air di atas wilayah kita khususnya bagian timur Sumsel, merupakan salah satu faktor terjadinya anomali curah hujan ini," terangnya. 

Menurutnya, kehilangan curah hujan tentunya mengurangi kadar kelembapan udara. Dampaknya radiasi matahari yang datang akan lebih banyak yang sampai ke permukaan bumi karena berkurangnya uap air yang biasanya dapat menyerap panas.

Berdasarkan data model Itacs, kenaikan suhu udara yang dirasakan selama Oktober 2021 ini berkisar 0,5 - 1 derajat Celcius. Berkurangnya kelembapan udara juga membawa efek pada rasa nyaman kita, di mana kita akan merasa gerah dan udara terasa pengap.

"Kami mengimbau masyarakat untuk lebih banyak mengkonsumsi air putih dari biasanya. Karena, dengan suhu udara yang lebih panas serta kelembapan yang rendah dapat menyebabkan dehidrasi," pungkasnya.