Mengintip Cara Kerja Aplikasi Teknologi Fermentasi Berbahan Lokal, Untuk Peternak Itik Pegagan di Ogan Ilir

im Dosen Universitas Sriwijaya (Unsri) yang diketuai Dr Sofia Sandi, SPt mengenalkan kepada masyarakat, dalam membuat ransum berbahan baku lokal dengan metode aplikasi teknologi fermentasi,/ist
im Dosen Universitas Sriwijaya (Unsri) yang diketuai Dr Sofia Sandi, SPt mengenalkan kepada masyarakat, dalam membuat ransum berbahan baku lokal dengan metode aplikasi teknologi fermentasi,/ist

Melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), Tim Dosen Universitas Sriwijaya (Unsri) yang diketuai Dr Sofia Sandi, SPt mengenalkan kepada masyarakat, dalam membuat ransum berbahan baku lokal dengan metode aplikasi teknologi fermentasi, di Desa Kotodaro Kecamatan Rantau Panjang, Kabupaten Ogan Ilir.


"Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) tersebut, merupakan bagian dari skema desa binaan sehingga hasil kegiatan pengabdian ini adalah peningkatan keterampilan kelompok tani Harapan Maju. Terutama dalam membuat ransum berbahan baku lokal bekerjasama dengan LPPM Universitas Sriwijaya," ujar Sofia, Selasa (30/11). 

Dalam rangkaian kegiatan yang melibatkan dosen Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian (FP) Unsri diharapkan, dengan adanya skema PKM desa binaan tersebut. Dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah peternak khususnya itik pegagan, sekaligus diupayakan untuk dapat meningkatkan produksi kualitas ternak dengan membuat pakan sendiri.

"Peran kami sebagai tenaga pendidik berkewajiban menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pengabdian kepada masyarakat ini mengatasi permasalahan yang terdapat di kelompok tani yaitu ketersediaan bahan-bahan pakan penyusun ransum yang lazim digunakan pada akhir-akhir ini makin terasa sulit dan mahal harganya," jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, meningkatnya harga bahan-bahan pakan ternak itik terutama bahan baku yang masih impor seperti, bungkil kedelai, jagung, dan tepung ikan dapat diatasi melalui penggunaan sumberdaya pakan lokal, antara lain dengan menggali potensi limbah non konvensional yang jumlahnya semakin meningkat, seperti, bungkil inti sawit, dedak padi, ampas tahu, daun singkong dan bekatul.

"Kandungan serat kasar yang tinggi pada bahan baku lokal ini merupakan suatu kendala untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak itik pegagan, dikarenakan itik pegagan memiliki sistem pencernaan tunggal tidak menghasilkan enzim selulase untuk mencerna komponen serat kasar. Salah satu cara untuk menurunkan kandungan serat kasar adalah dengan cara memanfaatkan aktivitas mikroba melalui proses biodegradasi, dimana mikroba mampu mendegradasi komponen serat secara lebih ekonomis dan hasilnya dapat lebih bermanfaat," jelasnya.

Sofia menambahkan, salah satu mikroba selulolitik yang terkandung dalam ragi tempe, mampu mendegradasi selulosa yang merupakan komponen dari serat kasar. Peningkatan nilai manfaat selulosa harus didahului dengan penguraian ikatan kompleks lignoselulosa yang dapat dilakukan oleh enzim selulase dari ragi tempe. 

"Pada proses fermentasi terjadi pemecahan oleh enzim terhadap komponen serat seperti selulosa, hemiselulosa, serta polimer lainnya menjadi lebih sederhana sehingga bahan-bahan hasil fermentasi mempunyai mutu dan daya cerna lebih baik dari bahan asalnya," tandasnya.