Sutradara sekaligus komika Ernest Prakasa memberi komentar perihal Presiden Joko Widodo alias Jokowi yang memarahi menteri dalam sidang kabinet, baru-baru ini. Ia mengaku sudah mati rasa dan menganggap apa yang dilakukan Jokowi hanya seperti aksi publisitas.
- Kanada Resmikan Raja Charles III Sebagai Kepala Negara
- Mengintip Kekuatan Rudal Iran
- Ngeri, Kondisi RS Indonesia di Gaza Rusak Parah, Mayat Bergeletakan
Baca Juga
"Jujur gue udah mati rasa lihat presiden marah-marahin menteri. Lebih terkesan kayak publicity stunt," ungkap Ernest Prakasa lewat akun Twitter miliknya, Senin (29/6).
Sutradara Susah Sinyal itu memilih menunggu gebrakan nyata dari pemerintahan Jokowi, khususnya dalam penanganan pandemi virus corona atau covid-19.
Ernest Prakasa mengaku bakal mengapresiasi apabila Jokowi benar-benar mengambil tindakan riil. "Mending nunggu sesuatu yang riil, baru kasih apresiasi," imbuh Ernest Prakasa.
Seperti diketahui, Presiden Jokowi telah menyampaikan pidato dalam sidang kabinet di Istana Kepresidenan, Jakarta. Pidato disampaikan saat sidang kabinet yang digelar tertutup para 18 Juni lalu dan baru dipublikasikan pada Minggu (28/6) petang.
Dalam pidatonya, Jokowi menyampaikan sejumlah pesan untuk para menteri. Salah satunya yakni mengancam akan melakukan reshuffle apabila kinerja para menteri biasa-biasa saja di masa pandemi virus corona atau covid-19.
"Saya melihat masih banyak kita yang menganggap ini normal. Lah kalau saya lihat, bapak, ibu, saudara-saudara masih ada yang lihat ini sebagai sebuah normal, berbahaya sekali. Kerja masih biasa-biasa saja. Ini kerjanya memang harus ekstra luar biasa, extraordinary," kata Jokowi.
"Langkah apapun yang extraordinary akan saya lakukan untuk 267 juta rakyat kita, untuk negara. Bisa saja, membubarkan lembaga, bisa saja reshuffle," imbuhnya marah.
- Populasi Lebah Dunia Kian Berkurang, Ancaman Besar Bagi Sektor Pertanian
- Terima Bintang KEP Utama, Ketua BPK RI: TNI AD dan BPK Sama-sama Jalankan Tugas Pertahanan Negara
- Mantan Dubes AS Sebut Keputusan Rusia Tempatkan Nuklir di Belarusia Permalukan China