Populasi Lebah Dunia Kian Berkurang, Ancaman Besar Bagi Sektor Pertanian

Sejumlah pembicara dalam Forum Dialog Penyerbuk 2023. (ist/rmolsumsel.id)
Sejumlah pembicara dalam Forum Dialog Penyerbuk 2023. (ist/rmolsumsel.id)

Krisis iklim yang disebabkan pergeseran musim dan cuaca ekstrem ternyata berpengaruh terhadap kehidupan flora dan fauna. Salah satunya lebah. 


Belakangan, berbagai negara telah melaporkan adanya penurunan populasi lebah secara global (global pollinator/bee decline). 

Beberapa spesies lebah liar yang berperan penting dalam penyerbukan, seperti Bombus spp, telah mengalami penurunan kelimpahan relatif hingga 96% dan rentang geografisnya mengalami penyusutan sebesar 23-37% (Cameron et al. 2011). 

Keanekaragaman lebah di Inggris dan Belanda juga dilaporkan mengalami penurunan secara signifikan di sebagian besar bentang alam (Biesmeijer et al. 2006).  

Selain perubahan iklim, penurunan populasi juga disebabkan oleh hilangnya habitat, deforestasi, dan penggunaan produk perlindungan tanaman (prolintan) yang tidak berkelanjutan. 

Penurunan populasi lebah di berbagai belahan dunia sangat mengkhawatirkan, karena peran lebah sebagai penyerbuk sangat penting baik dalam bidang pertanian, pelestarian hutan, maupun di berbagai ekosistem lainnya. Bahkan, pada tahun 2017 United Nation (UN) atau Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mencanangkan “World Bee Day” atau “Hari Lebah Sedunia”, pada tanggal 20 Mei. 

World Bee Day atau Hari Lebah Sedunia adalah upaya PBB untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya penyerbuk, ancaman yang dihadapi, dan kontribusinya terhadap pembangunan berkelanjutan di sektor pertanian, penurunan jumlah lebah akan berdampak pada penurunan produksi pangan dunia. 

“Lebah tampaknya kecil, tetapi dia memiliki dampak yang dahsyat bagi kehidupan,” kata Prof Dr Ir Damayanti Buchori MSc dalam Forum Dialog Penyerbuk 2023 Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) di Bandung, Sabtu (20/5). 

"Sehingga perlu kerja sama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, sektor swasta (private sector), maupun masyarakat untuk bersama-sama menjaga habitat lebah dengan menjaga keberadaan pohon sialang maupun melakukan penanaman kembali pohon sialang," tambah Dosen Departemen Proteksi Tanaman  Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) itu. 

Ketua PEI, Prof Dr Ir Dadang MSc mengatakan, PEI sebagai asosiasi entomologi ingin meningkatkan kepedulian serta kapasitas anggotanya maupun masyarakat tentang serangga dan penyerbuk lainnya.

“Sebagai asosiasi yang memiliki perhatian terhadap serangga, PEI akan terus mendukung kegiatan-kegiatan positif untuk menjaga keanekaragaman serangga di Indonesia, terutama lebah dan serangga penyerbuk lainnya. Upaya konservasi terhadap keberadaan lebah dan penyerbuk ini penting untuk dilakukan karena lebah berperan penting dalam ketahanan pangan dan kesehatan,” terangnya. 

Sementara itu, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Genetika Spesies Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indra Eksploitasia Semiawan mengatakan, habitat sangat penting bagi keberadaan lebah. Sehingga, KLHK mempunyai skema-skema untuk turut serta mempertahankan keberadaan lebah seperti membuat kebijakan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 tahun 2012 tentang Taman Kehati. 

"Peraturan ini merupakan salah satu kebijakan dan regulasi yang secara tidak langsung ditujukan untuk konservasi penyerbuk, selain aturan terkait penetapan satwa dilindungi melalui Permen LHK Nomor 106 tahun 2018 yang memuat beberapa hewan penyerbuk di dalamnya seperti burung dan serangga,” bebernya. 

Country Director Syngenta Indonesia, Kazim Hasnain  mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, penyerbuk telah terancam oleh kombinasi penyebab, termasuk hilang dan terfragmentasinya habitat, intensifikasi pertanian, penggunaan produk perlindungan tanaman yang tidak berkelanjutan, pencemaran lingkungan, patogen, dan perubahan iklim. 

“Melalui sebuah program bernama Operation Pollinator, Syngenta turut berperan aktif dalam mengatasi penurunan penyerbuk melalui peningkatan kesadaran petani mengenai peran penyerbuk bagi produktivitas dan kualitas tanaman, dan mempromosikan praktik pertanian tepat dan berkelanjutan,” tandasnya. 

Forum dialog ini diselenggarakan bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor, Universitas Padjadjaran, Asosiasi Perlebahan Indonesia, dan Indonesia Pollinator Initiative yang didukung oleh Syngenta.