Gangguan pembelajaraan diprediksi akan kembali terjadi di Inggris, saat guru-guru di negara itu melakukan pemungutan suara dalam upaya kembali melakukan aksi mogok kerja selama enam bulan.
- Amankan Ibadah Ramadhan, Inggris Gelontorkan Dana Rp 2,3 Triliun
- Menkeu Sri Mulyani Sebut Jepang dan Inggris Terancam Masuk Jurang Resesi
- PKS dan AMIN Unggul di Inggris
Baca Juga
Berdasarkan laporan dari Serikat Pendidikan Nasional (NEU), pemungutan suara dimulai pada Senin (15/5) setelah mereka menolak tawaran gaji dari pemerintah yang dirasa belum cukup.
"Tawaran gaji pemerintah setelah enam hari pembicaraan di bulan Maret sama sekali tidak cukup baik, dan para guru mencapnya sebagai penghinaan,” kata sekretaris jenderal bersama NEU, Mary Bousted dan Kevin Courtney.
Aksi mogok kerja terbaru diprediksi akan dilakukan dalam tahun ajaran selanjutnya di Inggris pada September mendatang, setelah liburan musim panas berakhir di negara itu.
Seperti dimuat BNN Bloomberg, empat serikat pendidikan saat ini telah memilih anggota mereka untuk melakukan persiapan aksi pemogokan tambahan, agar aksi tersebut dapat terkoordinasi dengan baik oleh pemimpin sekolah, guru, staf pendukung dan lainnya.
Dalam beberapa bulan terakhir ini, Inggris terus mengalami aksi protes yang terus meluas di seluruh sektor publik, karena inflasi tinggi yang terjadi di negara itu, membuat biaya serta beban hidup meningkat.
Pusat Penelitian Ekonomi dan Bisnis memperkirakan bahwa pemogokan telah menelan biaya ekonomi sebesar 303 juta dolar (Rp 4,4 triliun) pada kuartal pertama, yang sebagian besar didorong oleh sektor pendidikan.
- Amankan Ibadah Ramadhan, Inggris Gelontorkan Dana Rp 2,3 Triliun
- Mengaku Pacaran, Oknum Guru PPPK di OKI Cabuli Murid SMP di Sekolah
- Menkeu Sri Mulyani Sebut Jepang dan Inggris Terancam Masuk Jurang Resesi