Gempa Muara Enim Bukan Disebabkan Aktivitas Tambang, Ini Penjelasan BMKG Palembang

ilustrasi (istimewa/rmolsumsel.id)
ilustrasi (istimewa/rmolsumsel.id)

Sebagian wilayah di Kabupaten Muara Enim dalam sepekan terakhir terus diserang gempa. Kejadian pertama dialami Jumat 14 Oktober 2022 dengan kekuatan 4,0 Magnitudo. Lalu, disusul keesokan harinya, Sabtu 15 Oktober 2022 dengan kekuatan 3,2 Magnitudo. 


Terbaru, guncangan gempa menyerang wilayah Kabupaten Muara Enim terjadi, Selasa (18/10). Tak hanya sekali, namun tercatat ada sekitar empat kali guncangan yang dirasakan sebagian besar warga. Gempa pertama terjadi pada pukul 14.12 WIB, dengan kekuatan 3.1 magnitudo yang menyebabkan guncangan di lokasi 3.48 Lintang Selatan (LS)- 103.75 Bentang Timur (BT) yang berjarak sekitar 22 km barat daya Muaraenim- Sumsel dengan Kedalaman 4 km.

Kemudian sekitar pukul 21:41 WIB, wilayah Muara Enim dan sekitarnya kembali diguncang dua kali gempa bumi tektonik. 

Hasil analisa BMKG menunjukkan bahwa gempabumi ini berkekuatan 4.0 magnitudo dan 4,2 magnitudo dengan episenter terletak pada koordinat 3.82 Lintang Selatan (LS) dan 103.72 Bentang Timur (BT), atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 20 km Barat Daya Muara Enim pada kedalaman 1 kilometer.  

Kemudian pada pukul 22:15 WIB, aktivitas gempa bumi susulan kembali terjadi dengan kekuatan 2,7 Magnitudo. 

Fenomena gempa tersebut sebenarnya bukan yang pertama kali terjadi di Muara Enim. Sebelumnya, gempa sudah beberapa kali menyerang wilayah Bumi Serasan Sekundang. Namun, intensitas yang terjadi saat ini cukup tinggi dan relatif singkat. Sejumlah asumsi beredar di masyarakat. Banyak yang mengaitkan kejadian gempa tersebut dengan aktivitas pertambangan yang ada di wilayah tersebut. Apalagi, kawasan yang terserang gempa berada di Kecamatan Lawang Kidul. Salah satu kawasan di Kabupaten Muara Enim yang memiliki banyak perusahaan tambang. 

"Sepertinya ini bukan gempa bumi. Bisa jadi sedang ada pengeboman di tambang batubara. Sebab, kejadiannya sudah sangat sering," kata Komar, salah seorang warga di Kecamatan Lawang Kidul. 

Asumsi penyebab gempa yang diungkapkan Komar terbilang wajar. Pasalnya, aktivitas pertambangan di sekitar wilayah Muara Enim dan Lahat sedang tinggi-tingginya di tahun ini untuk mengejar target produksi. Selain itu, wilayah Kabupaten Muara Enim juga tidak termasuk dalam kawasan gunung berapi ataupun patahan. Sehingga, aktivitas gempa vulkanologi maupun tektonik kecil kemungkinannya bisa terjadi. 

"Kami juga bingung. Karena Kabupaten Muara Enim ini kan bukan termasuk daerah gunung berapi ataupun patahan," kata Ansori, Kabid Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel.

Sementara itu, Kepala BMKG Palembang, Desindra Deddy Kurniawan mengatakan, berdasarkan data yang diterimanya, gempa yang terjadi di Kabupaten Muara Enim berasal dari aktivitas sesar lokal. Dia menjelaskan, sesar lokal sendiri merupakan salah satu aktivitas pergerakan lempeng bumi. "Sesar lokal ini bukan seperti patahan yang berada di daerah sebelah Barat Sumatera. Yang jelas aktivitas sesar lokal inilah yang memicu gempa dengan kedalaman dangkal," kata Desindra saat dibincangi, Rabu (19/10). 

Dia mengatakan, gempa yang terjadi lantaran adanya tekanan dari patahan tersebut. "Kalau gempa itu berarti ada tekanan di sesar lokal itu. Ketika gempa, sesar itu sedang melepaskan energinya. Kalau ini tekanan ini ditahan, maka guncangannya akan lebih besar lagi," bebernya. 

Desindra mengimbau agar masyarakat bisa mewaspadai aktivitas ini. Sebab, kedalaman gempanya hanya satu kilometer. "Kedalamannya sangat rendah dan harus diwaspadai. Kalau guncangannya lebih kuat lagi, maka bisa berakibat fatal bagi masyarakat," ucapnya. 

Terkait asumsi masyarakat mengenai penyebab gempa akibat aktivitas pertambangan, Desindra membantahnya. Menurutnya, guncangan yang diakibatkan gempa dengan aktivitas pertambangan jauh berbeda. "Saya juga tidak yakin kalau aktivitas penggalian itu dalamnya mencapai satu kilometer. Tidak mungkin sedalam itu," bebernya. 

Desindra mengungkapkan, kejadian gempa ini mulai harus diwaspadai masyarakat maupun pemerintah daerah. Pemda dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah perlu membuat rencana mitigasi gempa bagi warganya. 

"Mungkin selama ini kan Sumsel tidak pernah diguncang gempa. Sehingga, untuk rencana mitigasinya belum dipersiapkan. Kedepan ini harus segera dirancang. Agar saat terjadi gempa lainnya, tidak sampai menimbulkan korban maupun kerugian materiil," tandasnya.