Dampak Banjir di Hulu Sungai, Air Baku PDAM Tirta Musi jadi Keruh

Sungai Enim dipenuhi sampah akibat banjir bandang/Foto:RMOL
Sungai Enim dipenuhi sampah akibat banjir bandang/Foto:RMOL

Dampak banjir di hulu sungai sejumlah wilayah Sumatera Selatan (Sumsel) seperti Lahat, Muara Enim dan sekitarnya, menyebabkan air di Sungai Musi sangat keruh.


Tingkat kekeruhan air di Sungai Musi yang menjadi satu-satunya sumber air baku PDAM Tirta Musi ini pun meningkat drastis.

Bahkan tingkat kekeruhan air baku PDAM Tirta Musi saat ini melebihi standar tingkat kekeruhan (turbidity) yang minimalnya 65-110 NTU.

Direktur Utama Perumda Tirta Musi Andi Wijaya mengatakan, tingkat kekeruhan di Intake Karang Anyar mencapai 3.300 NTU, Intake 1 Ilir 1.390 NTU, Intake Ogan 147 NTU.

"Maka kita mengurangi produksi air/ debit air di beberapa Instalasi Pengolahan Air (IPA) sebanyak 550 liter/detik dari biasanya 4.500 liter/detik," katanya, Senin (13/3/2023).

Pengurangan produksi sebanyak 550 liter/detik itu rinciannya IPA Polygon 2 berkurang 50 L/D, Poligon 1 berkurang 30 L/D, IPA Rambutan 250 L/D, IPA 3 Ilir 150 L/D, IPA Karang Anyar 1 dan 2 berkurang 70 L/D.

Pengurangan debit air tersebut merupakan cara Perumda Tirta Musi dalam menjaga kualitas air minum ke pelanggan, sesuai dengan regulasi Permenkes no 492 tahun 2010.

"Dampak dari pengurangan debit air maka pengaliran air ke pelanggan akan berkurang terutama kawasan pinggiran," katanya.

Perumda Tirta Musi tidak dapat memastikan hingga kapan pengurangan produksi air dilakukan selama air Sungai Musi tetap keruh melewati batas standar kekeruhan.

"Belum bisa diprediksi karena tergantung cuaca di daerah hulu seperti Lahat, Muara Enim, Lubuklinggau dan lainnya," katanya.