Walhi Sumatera Selatan (Sumsel) menilai banjir bandang di Lahat tidak lain berupa akumulasi kerusakan lanskap yang juga disumbang oleh wilayah sekitarnya.
- Korban Longsor Sukabumi Bertambah, BNPB Fokus Pemulihan
- Lima Daerah Diterjang Bencana di Sumut, 10 Orang Meninggal
- Pj Bupati OKU Sebut Banjir Besar di Wilayahnya Akibat Deforestasi, Tambang Batu Bara Jadi Penyebabnya?
Baca Juga
“Banjir bandang ini terbesar setelah lima tahun terakhir, memang bukan yang pertama, namun sinyal-sinyal bakal lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya memang tidak dicegah lebih awal," ujar Direktur Walhi Sumsel, Yuliusman.
"Banjir dalam konteks hulu permasalahan, ialah perubahan bentang alam (lanskap) yang sudah terdegradasi, sekaligus hutan yang sudah terforestasi,” sambung dia.
Dengan kondisi demikian, pihaknya menilai daya atau benteng pertahanan resapan air di wilayah hulu daerah tersebut sudah mengalami kerusakan.
"Pemda Lahat, Pagar Alam, Empat Lawang hendaknya duduk bersama untuk mencari solusi ke depan. Agar bencana ini tak terulang lagi," kata dia.
Mengenai adanya korban dan kerugian yang cukup besar, Yuliusman mengatakan, pemerintah tidak ada mitigaai atau informasi untuk mencegah agar warga lebih waspada atau bersiap saat bencana terjadi.
"Ini potret lemahnya pemerintah dalam hal mitigaai, padahal sudah ada BMKG. Hal lebih esensial yaitu soal kelola lanskap yang sangat eksploitatif, mengubah bentang dan fungsi Alam," jelas dia.
"Jika ada mitigasi, maka warga akan bersiap. Beginilah dampak pengelolaan SDA yang sangat eksploitatif masif terjadi di Sumsel, bahkan tidak mungkin hal serupa terjadi di wilayah lain," tandas dia.
- Pelaku Pembunuhan Kontraktor di Lubuklinggau Ditangkap di Purwokerto, Satu Orang Masih DPO
- WALHI Sumsel Soroti Potensi Konflik Satwa Liar Akibat Eksplorasi Panas Bumi di Lahat
- Soroti Kerusakan Lingkungan dan Jalan, Pemkab Muara Enim Didesak Tolak Perpanjangan Izin Dispensasi Duta Bara Utama