Walhi Sumatera Selatan (Sumsel) menilai banjir bandang di Lahat tidak lain berupa akumulasi kerusakan lanskap yang juga disumbang oleh wilayah sekitarnya.
- Sambangi Sejumlah Lokasi Banjir Bandang, Holda: Masyarakat Nantikan Bantuan dari Pusat
- Pasca Banjir Bandang, Perusahaan Tambang di Lahat Diminta Ikut Bantu Perbaikan
- DPRD Sumsel Sebut Perusahaan Tambang di Lahat Tidak Masive Atasi Dampak Banjir Bandang
Baca Juga
“Banjir bandang ini terbesar setelah lima tahun terakhir, memang bukan yang pertama, namun sinyal-sinyal bakal lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya memang tidak dicegah lebih awal," ujar Direktur Walhi Sumsel, Yuliusman.
"Banjir dalam konteks hulu permasalahan, ialah perubahan bentang alam (lanskap) yang sudah terdegradasi, sekaligus hutan yang sudah terforestasi,” sambung dia.
Dengan kondisi demikian, pihaknya menilai daya atau benteng pertahanan resapan air di wilayah hulu daerah tersebut sudah mengalami kerusakan.
"Pemda Lahat, Pagar Alam, Empat Lawang hendaknya duduk bersama untuk mencari solusi ke depan. Agar bencana ini tak terulang lagi," kata dia.
Mengenai adanya korban dan kerugian yang cukup besar, Yuliusman mengatakan, pemerintah tidak ada mitigaai atau informasi untuk mencegah agar warga lebih waspada atau bersiap saat bencana terjadi.
"Ini potret lemahnya pemerintah dalam hal mitigaai, padahal sudah ada BMKG. Hal lebih esensial yaitu soal kelola lanskap yang sangat eksploitatif, mengubah bentang dan fungsi Alam," jelas dia.
"Jika ada mitigasi, maka warga akan bersiap. Beginilah dampak pengelolaan SDA yang sangat eksploitatif masif terjadi di Sumsel, bahkan tidak mungkin hal serupa terjadi di wilayah lain," tandas dia.
- Pencarian Memasuki Hari Ketiga, Nenek Tenggelam di Musi Rawas Belum Ditemukan
- Penjual Celengan Ditemukan Meninggal Dalam Villa Wisata Bukit Sulap di Lubuklinggau
- Hirup Gas Beracun, Warga Asal Musi Rawas Tewas saat Bersihkan Sumur di Perumahan Lubuklinggau