Arkeolog Ungkap Asal Nisan Kuno, Keluarga Bangsawan Era Keraton Beringin Janggut

Arkeolog membaca aksara arab dari Nisan Kuno/Foto:RMOLSumsel
Arkeolog membaca aksara arab dari Nisan Kuno/Foto:RMOLSumsel

Sejumlah arkeolog dari Balai Arkeolog (balar) Sumatera Selatan bersama akademisi UIN Raden Fatah Palembang, berhasil mengungkap misteri penemuan nisan kuno yang sebelumnya dilakukan penggalian oleh PT Waskita Karya di lokasi proyek pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kawasan Pasar 16, Palembang.


Dari penggalian tersebut, tim arkeolog melakukan kajian terhadap nisan kuno di kantor Dinas Kebudayaan Palembang, Selasa (18/1) dan mulai membaca aksara arab yang tertulis pada keempat nisan itu.

"Dari hasil bacaan kami, aksara yang digunakan pada nisan adalah Arab. Bahasa yang digunakan juga Arab, jadi bukan Aksara Jawi. Sudah kita pastikan melalui ahlinya oleh pak Masyur yang memang pakarnya dalam aksara arab," kata Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Palembang yang juga arkeolog dari Balar Sumsel Dr Retno Purwanti.

Petugas membersikan nisan kuno saat penggalian di kawasan Pasar 16 Ilir Palembang (Foto:RMOLSumsel)

Lebih lanjut dia menjelaskan, pada nisan 1 tertulis Faqod Intiqolat, Ila Rahmatillahi Abrar, Ni Aji (Nadibah) Binti Abdul Al-Aziz Falembani. Sedangkan di nisan 2 tertulis Faqod Intiqol, Illa Rahmatillah, Al Malikul Dorar Al-Marhum Haji Abdurrahman Bin Raja Ismail. Pada nisan 3 tertulis Faqod Intiqolat, Ila Rohmatillahi Abrar Ni Haji Rosyidah Binti Haji Abdurrahman Raja Ismail Falembani dan nisan 4 berbunyi, Wakana Wafatuhu Yaumil Isnain, 8 Rabi'ul Akhir, Sanah 1322 Hijriah.

Dengan temuan tersebut semakin memperjelas keberadaan keraton Beringin Janggut di Kota Palembang pada awal abad ke-20. Tulisan dengan aksara Arab ini menunjukkan jika makam tersebut merupakan satu keluarga dengan angka tahun 1322 Hijriah. TACB kemudian mengkonversi tahun 1322 Hijriah ke kalender masehi menjadi tahun 1904.

"Lokasi nisan itu ditemukan di bekas Keraton Beringin Janggut, salah satu keraton yang pernah ada di Palembang. Dari 3 nisan itu berisikan nama -nama dengan tulisan Arab, dan satu batu nisan lagi tentang tulisan tahun wafat yang dimakamkan ada tanggal, bulan dan tahun," jelasnya.

TACB Palembang awalnya hanya mengetahui jalan Tengkuruk di Palembang merupakan tempat tinggal warga keraton. Dia menjelaskan, keluarga bangsawan yang berkeraton di Beringin Janggut menghuni lokasi penemuan nisan ini ternyata, bukan berkeraton di Kuto Batu atau Benteng Kuto Besak. Namun dengan temuan nisan ini menunjukkan jika diantara pemukiman bangsawan tersebut juga terdapat komplek pemakaman keluarga.

"Kita mendeskripsikan jika lokasi penemuan nisan itu memang di makam keluarga dari abad ke-19 hingga abad ke-20," kata dia.

Sementara itu, Kepala Balar Sumsel Dr Wahyu Rizky Andhifani menjelaskan, empat nisan tersebut diperkirakan dua nisan berjenis kelamin wanita dan dua pria. Meskipun merupakan keturunan bangsawan namun dia belum memastikan keberadaan nisan tersebut memiliki keturunan dari Sultan Abdurrahman, Sultan Mansyur atau Sultan Agung. 

Petugas PT Waskita Karya mengangkat nisan kuno yang ditemukan di kawasan Pasar 16 Ilir Palembang (Foto:RMOLSumsel)

"Ada nisan yang satu bapaknya dan satu anaknya perempuan. Satu nisan mempunyai sistem pertanggalan, yaitu 8 Rabiul Akhir 1322 Hijriyah. Bila kita konversikan sekitar 22 Juni 1904. Tapi yang pasti, masanya pasca Kesultanan atau abad ke-20," katanya. 

Namun dia belum memastikan keberadaan nisan tersebut memiliki keturunan dari Sultan Abdurrahman, Sultan Mansyur atau Sultan Agung. "Tapi yang pasti, masanya pasca Kesultanan atau abad ke-20," katanya.

Sejarah Berdirinya Keraton Beringin Janggut

Sebelumnya pada tahun 1659 Keraton Kuto Gawang milik Kesultanan Palembang dihancurkan VOC, lokasi tersebut berada di kawasan 1 Ilir yang kini menjadi pabrik  PT Pusri, setelah VOC berhasil menghancurkan Keraton Kuto Gawang pada tahun 1659.

Sementara itu pendiri Kesultanan Palembang Darussalam Ki Mas Hindi lebih memikirkan lagi tentang pembuatan keraton baru yang tidak akan mudah diserang oleh musuh, terbukti dipilihnya kawasan Beringin Janggut merupakan tempat yang strategis untuk berlindung dari musuh atau mengintai musuh jika ada yang datang sehingga didirikan Keraton Beringin Janggut.

Kawasan Beringin Janggut berupa pulau yang dibatasi oleh Sungai Musi, Tengkuruk, Sungai Rendang dan Sungai Penedan. Namun data tertulis maupun gambar sketsa mengenai keberadaan, bentuk, dan ukuran keraton ini hingga kini tidak ada. Daerah sekitar Keraton Beringin Janggut dibatasi oleh Sungai Musi di selatan, Sungai Tengkuruk di sekitar barat, Sungai Penedan di sebelah utara, dan Sungai Rendang / Sungai Karang Waru di sebelah timur.

Sungai Penedan merupakan sebuah kanal yang menghubungkan Sungai Kemenduran, Sungai Kapuran, dan Sungai Kebon Duku. Karena sungai sungai ini saling berhubungan, penduduk yang mengadakan perjalanan dari Sungai Rendang ke Sungai Tengkuruk, tidak harus lagi keluar melalui Sungai Musi.