Arief Poyuono Beberkan Strategi Naikkan Harga TBS Petani

Ilustrasi/net
Ilustrasi/net

Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Plasma Kelapa Sawit Indonesia (APPKSI) Arief Poyuono membeberkan strategi agar harga Tandan Buah Segar (TBS) petani bisa naik.


Salah satunya ialah meminta agar Presiden Joko Widodo segera menghapus pungutan ekspor CPO dan menurunkan tarif bea ekspor CPO.

Disamping itu, menurut Arief Jokowi juga harus melakukan kebijakan relaksasi ekspor untuk enam bulan ke depan hingga akhir tahun agar volume expor minyak sawit bisa mencapai 4 juta ton, minimal mulai Agustus.

“Selain itu, model DMO untuk sementara dibatalkan bila harga CPO dipasar lokal masih berada dibawah Rp 9.500 per kilogram tanpa pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN),” kata Arief dalam keterangan tertulis, Senin (1/8).

Jika hal ini dilakukan, Arief yakin bakal memberikan jaminan harga minyak goreng curah lokal bisa di level Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 14.000 per liter.

Kedua, beber Arief, penerapan tarif potongan BPDPKS di level 0 persen mulai 15 Juli 2022 agar diberlakukan selamanya karena penyaluran dana hasil pengumpulan pungutan ekspor CPO selama ini salah pengunaannya dan melanggar UU 39/2014 tentang Perkebunan, ketentuan Pasal 9 menentukan bahwa dana yang dihimpun digunakan untuk kepentingan pengembangan sumber daya manusia Perkebunan; penelitian dan pengembangan Perkebunan; promosi Perkebunan; peremajaan Perkebunan; dan/atau sarana dan prasarana Perkebunan Dan bukan untuk subsidi industri biodiesel milik oligarki industri sawit.

“Ketiga, selain itu bea keluar juga diberi relaksasi dengan diskon dari posisi sekarang sebesar 50 persen mulai Agustus sampai Desember 2022 agar bisa memberikan dampak pada naiknya harga TBS,” ungkap Arief.

Lalu keempat, kata Arief, disaat pasar ekspor terbuka baik, dan hasil kunjungan Presiden Jokowi dari RRC membawa kabar terbaru China akan menabah kebutuan 1 juta ton, perlu didorong ekspor CPO sebesar mungkin.

“Kelima Birokrasi yang panjang dalam aturan DMO menjadi salah satu penyebab buyer CPO internasional ragu untuk berbisnis dengan industri sawit domestik, karena itu DMO harus ditiadakan,” pungkas Arief.