53 Ha Lahan di Sumsel Terbakar, Baru 7,5 Ha yang Berhasil Dipadamkan

Sedikitnya 53 hektar (ha) lahan di lima lokasi yang ada di wilayah Kabupaten Ogan Ilir (OI) dan Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) hangus terbakar sejak tiga hari kemarin.


Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan BPBD Sumsel Ansori mengakui, tim darat kesulitan untuk menembus lokasi kebakaran yang menghanguskan kurang lebih 53 ha lahan tersebut, sehingga baru berhasil dipadamkan sekitar 7,5 ha saja.

“Laporan yang kita terima ada lima desa di dua kabupaten yang lahannya terbakar, Tim Patroli Udara dan Darat, Satgas Penanganan Karhutla, di bawah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, terus mencoba memadamkan api yang membakar lima lokasi di dua kabupaten tersebut,” katanya, Kamis (27/8/2020).

Ansori menjelaskan, lima wilayah yang terbakar itu yakni Desa Palem Raya, Kecamatan Indralaya Utara, OI dengan luasan lahan yang terbakar mencapai 2 ha, namun baru 1 ha lahan saja yang sudah berhasil dipadamkan.

“Di wilayah Banyuasin ada Desa Setia Harapan yang menjadi wilayah terluas yang terbakar sebesar 20,8 ha, baru berhasil dipadamkan 4 ha,” jelasnya.

Sedangkan, untuk wilayah lain yang terbakar adalah, Desa Tebing Abang, Kecamatan Rantau Bayur, Kabupaten Banyuasin, luas terbakar 4 ha, dan belum dipadamkan hingga saat ini.

Selanjutnya, Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Banyuasin, terbakar sekitar 18,2 ha, baru berhasil dipadamkan 1 ha. Desa Rambutan, Kecamatan Rambutan, Banyuasin, terbakar 8 ha, berhasil dipadamkan 1,5 ha.

“Sampai sekarang api ada yang sudah padam, sebagian lagi belum. Helikopter juga belum tuntas lakukan water bombing, tim darat juga sulit untuk sampai ke lokasi,” jelas dia.

Ansori menuturkan, lahan yang terbakar sebagian besar adalah lahan mineral dan lahan gambut. Hanya saja gambut yang terbakar kali ini bukan gambut dalam yang biasa sulit dipadamkan jika sudah terbakar.

”Sejauh ini kebanyakan rawa yang terbakar,” katanya.

Menurutnya, kebakaran lahan di dua kabupaten itu sengaja di bakar dengan alasan membuka lahan baru. Hal tersebut kerap dilakukan oleh masyarakat di saat musim kemarau.

“Sejauh ini penyebab kebakaran itu sebagian ada yang sengaja dibakar, tapi belum pasti juga. Karena kawan-kawan lagi fokus padamkan api saat ini,” tukasnya.