Workshop Naskah di Istana Palembang: Menggali Sejarah Kesultanan Melalui Peninggalan Bersejarah

Puluhan peneliti naskah memadati Istana Adat Kesultanan Palembang Darussalam/Foto: Dudi Oskandar
Puluhan peneliti naskah memadati Istana Adat Kesultanan Palembang Darussalam/Foto: Dudi Oskandar

Puluhan peneliti naskah dari berbagai belahan dunia memadati Istana Adat Kesultanan Palembang Darussalam hari ini. Mereka adalah peserta dari workshop yang diselenggarakan oleh UIN Raden Fatah Palembang, yang bertujuan untuk mendalami sejarah Kesultanan Palembang Darussalam.


Para peneliti berkesempatan bertemu langsung dengan Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikramo, yang menyambut mereka dengan hangat. Dalam kunjungan ini, SMB IV memperlihatkan berbagai peninggalan bersejarah dari Kesultanan Palembang Darussalam, termasuk al-Qur'an bertulisan emas dan jubah bersejarah milik SMB II.

Hadir pula dalam kesempatan tersebut beberapa tokoh penting, antara lain Raden Zainal Abidin Rahman Dato’ Pangeran Puspo Kesumo, R.M. Rasyid Tohir, Dato’ Pangeran Nato Rasyid Tohir, Dato’ Pangeran Suryo Kemas Ari Panji, dan Pangeran Yudo Heri Mastari. 

SMB IV menjelaskan bahwa Kesultanan Palembang Darussalam, yang bercorak Islam, berdiri antara abad ke-17 hingga abad ke-19. Kesultanan ini dihapuskan oleh Belanda pada tahun 1823 setelah mengalami kekalahan dalam pertempuran melawan penjajah.

"Saat itu, Kesultanan Palembang Darussalam menolak untuk mengikuti Belanda yang berhasil menguasai wilayah kami," ujar SMB IV. "Setelah kekalahan tersebut, SMB II dan keluarga ditangkap dan dibuang ke Ternate hingga akhir hayatnya," tambahnya.

Dia juga menjelaskan bahwa Kesultanan Palembang Darussalam dihidupkan kembali sebagai simbol kebudayaan pada tahun 2003. Saat ini, salah satu peninggalan bersejarah yang sangat menarik perhatian adalah jubah kuno milik SMB II, yang diperkirakan berusia antara 200 hingga 300 tahun. 

"Jubah tersebut disimpan di ruangan khusus di Istana Adat dan menjadi salah satu koleksi kuno yang paling berharga," katanya.

Menurut SMB IV, jubah tersebut memiliki motif yang unik dan tidak setiap hari dipakai oleh Sultan. Jubah ini adalah warisan dari mendiang ayahnya, Raden Muhammad Syafei Prabu Diraja, dan hingga kini belum ada kajian akademik yang mendalam mengenai jubah tersebut.

Alan Darmawan, panitia workshop naskah keraton, mengatakan bahwa para peneliti dari Indonesia, Singapura, dan Malaysia berkumpul di Palembang untuk menggali informasi sejarah mengenai Kesultanan Palembang Darussalam. 

"Kita mengidentifikasi sekitar 142 naskah dari keraton Palembang, dan harapannya adalah penelitian ini dapat menambah pengetahuan kita tentang sejarah Kesultanan Palembang Darussalam," jelasnya.

Workshop ini diharapkan dapat memperdalam pemahaman tentang warisan budaya dan sejarah Kesultanan Palembang Darussalam, serta memberikan kontribusi penting bagi kajian sejarah dan kebudayaan di Indonesia.