Ternyata, Ini Penyebab Harga Karet Sumsel Terus Naik...

Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mencatat, faktor penguat yang menjadikan harga karet di Sumsel naik, akibat penjualan mobil di China terus menguat hingga 16,4 persen sejak Juli 2020. 


Selain itu, Thailand juga mengalami musim hujan (La Nina) yang berakibat pasokan karet alam negara itu turun dan membuat spekulan di bursa ikut menggoreng harga karet alam turut naik.

“Sentimen positif pasar setelah berhasilnya uji klinis tahap III vaksin Covid-19 di banyak negara. Kenaikan harga minyak dunia dan komoditas lainnya, turut mendongkrak harga karet alam,” ungkap Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Disbun Sumsel, Rudi Arpian, Rabu (2/9/2020).

Rudi mengatakan, sementara untuk faktor yang melemahkan harga karet adalah, karena adanya kenaikan harga karet yang tetap dibayangi ketegangan politik antara Amerika Serikat dan China yang dinilai masih menjadi risiko.

“Faktor pelemah kedua, jika terjadi resesi ekonomi di banyak negara, maka produsen ban dapat mengancam turunnya daya serap karet alam,” jelasnya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, ia mengatakan, Disbun Sumsel tetap berkomitmen untuk terus memperbanyak Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB), karena rasio UPPB baru 13 persen dari jumlah desa yang dominan penghasil karet di Sumsel.

“Target 50 UPPB tahun ini sudah tercapai pada Agustus 2020, karena masih ada waktu 4 bulan lagi. Intinya Saya optimistis UPPB ini akan terus bertambah, karena sudah ada kesadaran petani karet untuk tidak lagi menjual secara sendiri-sendiri,” kata Rudi.

Dia mengakui, pada akhir Desember 2019 lalu, UPPB di Sumsel baru 217 UPPB. Tapi sekarang sudah terbentuk 267 UPPB.

” Berarti sudah ada penambahan 50 UPPB sementara proses registrasi UPPB baru terus berjalan,” tukasnya.