Tekan Impor Komoditas, Dibutuhkan Sinkronisasi Data Kementerian

Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin. (Humas DPR RI/rmolsumsel.id)
Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin. (Humas DPR RI/rmolsumsel.id)

Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan harus melakukan sinkronisasi data komoditas sebagai upaya untuk menekan impor.


Hal itu disampaikan anggota Komisi IV DPR RI, Andi Akmal Pasluddin menyikapi panen raya jagung yang terjadi di beberapa wilayah sentra jagung di Indonesia. Sinkronisasi dibutuhkan agar terjadi kesepahaman bersama bahwa stok di lapangan sesuai dengan angka database di kedua lembaga pemerintah ini.

“Sumber kekacauan kebijakan dan kericuhan di lapangan ini awal munculnya dari perbedaan data yang ada. Sebagai contoh, stok komoditas tertentu menurut Kementan cukup, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri pada durasi tertentu. Sedangkan Kemendag berkata lain sehingga memunculkan kebijakan impor karena untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,” ujar Akmal dalam siaran persnya, Rabu (29/9).

Akmal mencontohkan, pada kasus jagung sudah terlihat berbagai sentra jagung yang melakukan panen raya.

“Hal tersebut menunjukkan publik bahwa stok jagung masih melimpah pasokannya. Saya meminta antara Kementan dan Kemendag ada kesepahaman data,” tegasnya.

Politisi Fraksi PKS ini mengatakan, dari data yang ia terima, berdasarkan angka prognosa, secara nasional, di bulan September-November diperkirakan panen seluas 826.367 hektare dengan produksi 3.745.928 ton. Adapun bulan Januari-November 2021 perkiraan luas panen jagung di Indonesia 4,2 juta hektare dengan produksi 17,5 juta ton pipilan kering.

Contoh data ini, kata Akmal, antara Kementan dan Kemendag mesti ada kesepakatan data dengan memastikan kondisi lapangan sebenarnya. Dengan langkah ini kebijakan yang diambil akan tepat yang nantinya berimplikasi pada kebijakan selanjutnya.

Akmal berharap, dengan pemenuhan pakan ternak dari bahan baku jagung, terutama pada produksi daging ayam dan telur ayam, di masa depan tidak ada polemik di kalangan para peternak dan juga konsumen akibat stok daging ayam atau tingginya harga daging ayam dan telur.

“Semua yang kita upayakan untuk masyarakat. Produktivitas jagung yang mencapai 6,5 ton dan harga pipilan kering Rp5.400 dinilai sangat bagus untuk meningkatkan pendapatan petani. Tersedianya pakan ternak akan memudahkan para peternak unggas untuk melakukan aktivitasnya karena ketersediaan dan harga yang terjangkau. Dan masyarakat konsumen secara umum akan mendapat tata niaga yang baik karena ketersediaan pangan dari daging ayam dan telur tersedia dan murah atau terjangkau harganya,” papar Akmal.