SMAN 10  Palembang Kenalkan Musik Batang Hari Sembilan Ke Siswa

Suasana mantan Ketua Dewan Kesenian Palembang (DKP) Vebri Al Lintani  menjadi pemateri mengenai musik Batang Hari Sembilan, Jumat (15/10) di aula SMAN 10 Palembang.(Dudy Oskandar/rmolsumsel.id)
Suasana mantan Ketua Dewan Kesenian Palembang (DKP) Vebri Al Lintani menjadi pemateri mengenai musik Batang Hari Sembilan, Jumat (15/10) di aula SMAN 10 Palembang.(Dudy Oskandar/rmolsumsel.id)

Untuk pertama kalinya SMAN 10 Palembang mengundang seorang seniman untuk membagi ilmunya dengan siswa dan siswi SMAN 10 Palembang, kali mantan Ketua Dewan Kesenian Palembang (DKP) Vebri Al Lintani  menjadi pemateri mengenai musik Batang Hari Sembilan, Jumat (15/10) di aula SMAN 10 Palembang.


Pengamatan di lapangan siswa dan siswi SMAN 10 Palembang sangat antusias menyimak dan mengikuti semua uraraian dari Vebri Al Lintani yang juga seorang budayawan kota Palembang.

Penjelasan Vebri Al Lintani bukan hanya dengan teori saja tetapi juga dengan langsung mempraktekkan musik Batang Hari Sembilan  tersebut dengan menggunakan gitar tunggal.

Menurut  Metty Ambyar  selaku guru seni budaya SMAN 10 Palembang , mengakui materi musik tradisional ini dengan mengundang seniman masuk SMAN 10 Palembang mendapatkan dukungan dari Kepala Sekolah SMAN 10 Palembang.

"Kami berusaha mendatangkan seniman biar anak-anak antusias belajarnya, jangan hanya anak-anak itu materi dari gurunya saja, ini contohnya bagaimana musik tradisional Sumatera Selatan ada gitar tunggal dan kami datangkanlah  pak Vebri supaya memberi contoh," katanya sembari mengatakan ada dua kelas  10 yang mengikuti materi yang disampaikan Vebri Al Lintani ini.

Dia mengakui baru sekali ini  SMAN 10 Palembang mengundang seniman masuk dalam SMAN 10 Palembang. "Kami akan berusaha untuk ada kerjasama supaya seniman masuk sekolah , kami juga akan berbicara dengan kepada sekolah kami," kata

Sedangkan Vebri Al Lintani mengaku di minta Metty Ambyar  selaku guru seni budaya SMAN 10 Palembang untuk memperkenalkan Musik Batang Hari Sembilan di kelas.

"Ini sebenarnya ide yang bagus bagi guru-guru seni mendatangkan seniman  untuk mengenal kebudayaan kita yang selama ini mungkin asing, kalau kita cek tadi di anak-anak , pertama istilah Batang Hari Sembilan  mereka baru kali ini dengar, padahal sering kali di tulis di media istilah Batang Hari Sembilan, apalagi irama batang hari sembilan," katanya.

Artinya, menurut Vebri anak-anak milenial  ini kurang dikenalkan dengan irama Batang Hari Sembilan. "Maka itu sekolah-sekolah sebaiknya mengenalkan icon-icon lokal ini kukira tujuan ibu Metty sangat bagus ini sebenarnya sesuai dengan apa yang kita pikirkan dulu waktu saya masih di Dewan Kesenian Palembang salah satu konsep kita itu seniman masuk sekolah, artinya ini juga mengadopsi seperti yang dipusat  itu seperti sastrawan menjawab, jadi sekolah memanggil seniman,  untuk siswa bertanya , dan seniman menjawab  untuk mengenalkan musik lokal, tidak cuma Seni Batang Hari Sembilan," katanya.

Musik Batang Hari Sembilan ini menurut Vebri,  irama yang ada di wilayah Batang Hari Sembilan dengan memainkan gitar tunggal dengan lirik-lirik pantun.

“Jadi basisnya pantun yang dinyanyikan diiringi musik Batang Hari Sembilan, tadi  saya mengajar  untuk dua sesi,  satu jam , satu jam , kukira tadi tidak cuma teori karena kalau seniman datang  juga mempraktekkan apa yang dia ada, kebetulan saya  mengerti soal itu teori dan praktek Musik Batang Hari Sembilan , maka saya memperkenalkan itu, itu sangat baik , patut di contoh oleh sekolah-sekolah lain sehingga anak-anak bisa memahami jadi tidak juga mengidolakan  korea atau budaya lain yang bukan budaya kita,” katanya.

Budaya Sumsel menurutnya tidak kalah hebatnya  dengan budaya lain cuma belum mengangkatnya secara baik, secara profesional dan secara proporsional .

"Patut dilihat oleh Dinas Pendidikan dan Dinas Kebudayaan untuk melihat ini karena beginilah strategi kita untuk mengenalkan kembali atau merevitalisasi kebudayaan lokal kita," pumgkasnya.