Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik

Ketua KPK RI, Firli Bahuri dan pendiri Kantor Berita RMOL, Teguh Santosa saat menghadiri acara syukuran di Kopi Timur, Pondok Kelapa, Jakarta Timur. (rmol)
Ketua KPK RI, Firli Bahuri dan pendiri Kantor Berita RMOL, Teguh Santosa saat menghadiri acara syukuran di Kopi Timur, Pondok Kelapa, Jakarta Timur. (rmol)

Sebuah buku menarik berjudul "Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik" yang berisi kumpulan wawancara dengan sejumlah duta besar negara sahabat telah diterbitkan oleh wartawan senior Teguh Santosa. 


Buku ini telah menarik perhatian banyak orang karena judulnya yang tidak biasa, yang tampaknya mengajak pembaca untuk merenung tentang perdamaian yang belum sempurna dan mungkin perlu ditinggalkan demi perang yang bisa dimenangkan secara total.

Teguh Santosa, pendiri Kantor Berita Politik RMOL, mengungkapkan dalam wawancara dengan sejumlah duta besar negara sahabat, berbagai permasalahan global saat ini tergambar dengan jelas. 

Dubes yang diwawancarai berasal dari berbagai benua, seperti Asia, Afrika, Amerika, Amerika Latin, Karibia, Eropa Barat, Eropa Timur, dan Australia. Masing-masing dari mereka memaparkan posisi negaranya dalam sejumlah isu penting.

"Peta problematikanya cukup komprehensif. Dubes yang diwawancarai mewakili semua kontinen yang ada," kata Teguh. Hal ini mencerminkan beragamnya tantangan yang dihadapi dunia saat ini.

Pilihan antara perdamaian yang mungkin tidak sempurna dan perang yang bisa dimenangkan secara total menjadi salah satu tema yang muncul dalam buku ini. 

Teguh Santosa, yang juga seorang dosen hubungan luar negeri di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, menyatakan tidak ada yang benar-benar menang dalam perang. "Kalaupun merasa menang, ia jadi arang. Kalau kalah, ia jadi abu," katanya.

Frase yang menjadi judul buku ini, "perdamaian yang buruk, perang yang baik," diambil dari pernyataan Dubes Rusia Lyudmila Vorobieva. Buku ini menawarkan pemikiran mendalam tentang kompleksitas perdamaian dan konflik di dunia saat ini.

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI, Firli Bahuri, yang merupakan salah satu sahabat Teguh Santosa, juga memberikan apresiasi terhadap karya-karya tersebut. 

Ia menekankan bahwa tidak ada perdamaian yang sempurna di dunia ini, dan perdamaian sering kali harus dicapai melalui kompromi dan negosiasi. Firli juga mengingatkan bahwa tidak ada kemenangan mutlak dalam konflik.

Buku ini menjadi bahan perenungan bagi pembaca tentang pentingnya mencari solusi yang paling baik dalam situasi yang mungkin tidak ideal. Teguh Santosa diharapkan terus berkarya dan memberikan pandangan yang berharga tentang dunia yang kompleks ini.