Petani Kelapa di Banyuasin Nikmati Harga Tinggi, Tapi Produksi Anjlok

ilustrasi/ist
ilustrasi/ist

Petani kelapa di Kabupaten Banyuasin merasakan berkah dari kenaikan harga kelapa yang terjadi sejak bulan Ramadan. 


Namun, di tengah kabar baik tersebut, mereka juga menghadapi tantangan seriu, yakni penurunan produksi akibat cuaca ekstrem dan minimnya pemupukan.

Nasir, salah satu petani kelapa di Desa Karang Anyar, Kecamatan Tungkal Ilir, menyebut harga kelapa saat ini mencapai Rp6.000 per butir—naik dua kali lipat dibandingkan sebelumnya yang hanya Rp3.000.

“Sejak Ramadan harga sudah naik, dan sampai sekarang tetap di Rp6.000 per buah,” ujar Nasir saat ditemui, Rabu (14/5/2025).

Sayangnya, lonjakan harga itu tidak diimbangi dengan hasil panen yang memuaskan. Menurut Nasir, produksi kelapa dari kebunnya mengalami penurunan signifikan. Biasanya satu hektare kebun kelapa bisa menghasilkan sekitar 4.000 butir, namun musim ini jauh di bawah angka tersebut.

“Kami punya dua hektare kebun, tetapi kondisi buahnya sedang menurun,” tuturnya.

Ia menjelaskan, penurunan produksi disebabkan oleh cuaca yang tak menentu dan banjir yang sempat merendam area perkebunan. Selain itu, kurangnya asupan pupuk juga menjadi faktor yang memengaruhi produktivitas tanaman.

“Baru belakangan ini masuk musim kemarau, dan pupuk juga memengaruhi hasil panen,” katanya.

Meski begitu, Nasir tetap optimistis. Ia berharap harga kelapa tetap stabil atau bahkan meningkat ketika produksi kembali normal.

“Semoga harga bisa bertahan di Rp6.000 atau lebih tinggi lagi,” harapnya.

Kondisi ini mencerminkan tantangan klasik petani: harga bagus tapi produksi turun, atau produksi tinggi tapi harga jatuh. Petani berharap ada perhatian lebih dari pemerintah daerah untuk membantu keberlanjutan usaha mereka, baik melalui subsidi pupuk maupun infrastruktur penunjang pertanian.