Perut Membusuk Usai Operasi, Bocah 9 Tahun di Muara Enim Diduga Jadi Korban Malpraktik RS Pertamina Prabumulih

GA (9) yang diduga jadi korban malpraktik di Rumah Sakit (RS) Pertamina Prabumulih. (ist/RmolSumsel.id)
GA (9) yang diduga jadi korban malpraktik di Rumah Sakit (RS) Pertamina Prabumulih. (ist/RmolSumsel.id)

Seorang bocah laki-laki berinisial GA (9) warga Desa Midar, Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim diduga menjadi korban malpraktik oleh dokter yang bertugas di Rumah Sakit Pertamina, kota Prabumulih, Sumatera Selatan.


Akibatnya, GA mengalami pembusukan di bagian perut luar setelah dua kali menjalani operasi.

Gimat ayah kandung dari GA mengatakan, putranya tersebut sebelumnya terjatuh dari kamar mandi sehingga perutnya membentur beton bak mandi pada Desember 2022 lalu.

Karena takut, Gimat kemudian membawa GA ke Rumah Sakit Pertamina Prabumulih untuk menjalani perawatan. Setelah mendapatkan perawatan dokter menyarankan agar dilakukan operasi terhadap GA karena ia didiagnosa mengalami kolik abdomen karena mengalami nyeri perut yang hebat.

“Nah dak tau selang berapo minggu uji dokter nak di operasi, yo dok kami melok be demi pulihnyo anak ini”, kata Gimat mengulangi ucapannya terhadap dokter saat itu, ketika ditemui RMOL Sumsel.id, Senin (21/8).

GA lalu menjalani operasi dua kali di rumah sakit tersebut. Usai mendapatkan perawatan ia pun dipulangkan untuk proses pemulihan di rumah.

Namun, Gimat begitu kaget saat mendapati usus besar bekas operasi itu mengeluarkan kotoran (BAB) hingga berserakan di lantai rumah.

“Awalnya setelah habis operasi anak saya sakit perut, kemudian kotorannya keluar dari usus perut. Anak saya setelah kejadian itu tidak mau makan lagi, karena takut keluar kembali,”ujar Germa.


Praktisi hukum perwakilan Indonesia Police Watch (IPW) Ricky MZ yang mendampingi keluarga korban menambahkan, usai melihat kondisi GA mengeluarkan kotoran korban sempat dibawa keluarga ke rumah sakit Prabumulih.

Beberapa saat kemudian, Germa lalu dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Mohammad Hoesin Palembang untuk menjalani operasi ketiga pada akhir Juni 2023.

“Operasi ketiga ini untuk perbaikan usus pasca operasi satu dan dua di RS Prabumulih kemarin. Korban menjalani perawatan 23 hari di Palembang,”kata Ricky.

Ricky menilai GA menjadi korban malpraktik. Dimana dokter pihak Rumah Sakit Prabumulih yang menanganinya tidak melakukan pengecekan secara mendetail sebelum mengambil tindakan operasi.

Setelah kejadian tersebut, mereka pun sudah melayangkan surat somasi  kepada direktur RS Pertamina Prabumulih dr. Ramadhi Teguh Basuki, Sp..FK. Kemudian, mereka juga menunggu hasil dari investigasi Majelis Etik Kedokterran (MKDI).

“yang kami adukan mengenai dugaan kelalaian/kesalahan medis atas diagnosa awal pasien dan pada operasi satu dan operasi yang kedua hal mana dugaan telah terjadi kegagalan dalam proses operasi”ujarnya.

Bila nanti terdapat kelalaian dari dokter, Ricky menegaskan akan mengambil tindakan hukum terhadap manajemen Rumah Sakit Prabumulih.

“Kondisi pasien saat ini mengalami cacat fisik pada area perut bagian luar, punggung hingga kaki. Terdapat tarikan otot bagian punggung. Perubahan psikis, trauma berobat ke dokter dan rumah sakit. Selain itu Garma juga terancam putus sekolah sebab pada saat pembagian raport ia dinyatakan tidak naik kelas," katanya.

Komisi IX DPR RI Irma Suryani, menyampaikan keprihatinannya, menurutnya dalam kasus Garma Pemerintah Daerah (Pemda) harusnya punya tanggung jawab moral sedari awal kasus ini muncul. 

"Sudah tahu ada kondisi seperti ini harusnya merekomendasi merujuk Garma ke rumah sakit yang baik, rumah sakit yang punya alat cukup dan lain sebagainya, sehingga kondisi fisik dan psikisnya tidak seperti sekarang ini. Hal seperti ini sangat disayangkan dan tidak boleh terjadi lagi," tegasnya.

Dirinya akan menyampaikan persoalan ini kepada Menteri Kesehatan, bersama tim Bantuan Hukum (Bahu) akan mengawal Garma agar mendapat bantuan pengobatan yang layak. "Sampai Garma sembuh," tegasnya.

Sementara itu ketika dikonfirmasi ke Humas RS Pertamina Prabumulih, Fitra Hardiansyah sampai berita ini dinaikkan belum memberikan jawaban terkait konfirmasi yang telah diupayakan Kantor Berita RMOLSumsel, pada Minggu (20/8).