Perluas Wawasan dan Tolak Kekerasan, Conie Pania Putri Ajak Perempuan Jadi Kartini Masa Kini

osen aktif Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang (FH UMP), Conie Pania Putri/ist
osen aktif Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang (FH UMP), Conie Pania Putri/ist

Dosen aktif Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang (FH UMP), Conie Pania Putri, mengingatkan pentingnya perempuan masa kini untuk memperluas wawasan, memperbanyak ilmu pengetahuan, serta menolak segala bentuk kekerasan terhadap kaum hawa.


Hal itu disampaikan Conie saat menjadi pembicara dalam seminar bersama anggota Persatuan Karyawati dan Persatuan Istri Karyawan PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper (PT TEL), yang berlangsung di Gedung Learning Center PT TEL, beberapa hari lalu.

"RA Kartini telah memperjuangkan hak-hak perempuan, termasuk kesempatan untuk membaca, bersekolah, hingga mendapatkan pendidikan yang layak. Saat ini, kita harus melanjutkan perjuangan itu dengan menjadi perempuan yang berdaya dan mandiri," kata Conie.

Aktivis perempuan ini menekankan, predikat "Kartini masa kini" bukan hanya milik perempuan yang berkarir, tetapi juga milik ibu rumah tangga, selama mereka tetap mengedepankan pendidikan.

"Seorang ibu yang pintar dan berwawasan luas akan melahirkan generasi yang berilmu dan berpendidikan," ujarnya.

Conie mengingatkan, menjadi Kartini masa kini berarti mampu menempatkan diri, berdaya, dan mandiri, baik di rumah, lingkungan masyarakat, maupun di dunia kerja. Ia mengajak perempuan untuk memahami berbagai regulasi yang melindungi hak-hak perempuan, seperti Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

"Perempuan harus mau membaca, memperkaya pengetahuan, dan paham hak-haknya. Di dunia kerja, negara juga sudah memberikan peluang yang sama bagi laki-laki dan perempuan, termasuk dalam karir dan pengupahan," kata dia.

Menurut Conie, perempuan harus percaya diri bersaing dalam dunia kerja. Ia mencontohkan, di PT TEL sendiri sudah banyak perempuan yang menduduki jabatan strategis.

"Jangan takut bersaing. Sudah banyak perempuan yang menjadi pemimpin, baik di pemerintahan maupun di sektor swasta," tegasnya.

Lebih jauh, Conie menyerukan agar perempuan bersatu untuk menolak segala bentuk kekerasan. Ia mendorong perempuan untuk berani membantu korban kekerasan di lingkungan sekitar dan aktif dalam upaya pencegahan.

"Jangan hanya berbicara soal pemberdayaan perempuan, tetapi kita juga harus berani bertindak ketika melihat kekerasan, baik itu KDRT, kekerasan seksual, TPPO, atau tindak pidana lainnya yang korbannya perempuan," tutup Conie.