Klub sepak bola kebanggaan masyarakat Sumsel, Sriwijaya FC (SFC) menghadapi krisis keuangan yang semakin memprihatinkan. Hal ini berimbas dengan performa skuad berjuluk Laskar Wong Kito itu, yang semakin menurun di kompetisi Liga 2 Indonesia.
- Posisi SFC di Liga 2 Belum Aman, Siap-siap Kena Sanksi Jika Mogok Bertanding
- Sriwijaya FC Amankan Tempat di Liga 2 Usai Kalahkan PSMS Medan
- Sriwijaya FC Wajib Menang, PSMS Medan Bertekad Perpanjang Rekor
Baca Juga
Mejelang berakhirnya musim komepetisi di bulan Januari 2025 ini, muncul kekhawatiran akan potensi degradasi dari kompetisi Liga 2 Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, klub yang memiliki sejarah panjang ini telah berjuang dengan berbagai masalah keuangan, yang mengancam keberlanjutan dan prestasi tim di lapangan.
Sejak degradasi terakhir ke Liga 2 pada tahun 2018, SFC telah berusaha bangkit, tetapi tantangan keuangan yang dihadapi terus menghambat upaya mereka untuk kembali ke Liga 1.
Biaya operasional yang tinggi, masalah sponsor, dan ketidakjelasan dalam struktur manajemen karena menghadapi gugatan dari pemegang saham yang lama yakni Muddai Madang, menjadi tantangan utama yang menghambat perjalanan klub ini.
Sudah dipastikan, pada tahun 2025 ini kondisi keuangan SFC berada pada titik kritis sepanjang klub sepakbola ini berdiri. Klub ini masih bergantung pada bantuan sponsor lokal yang tidak stabil dan menghadapi kesulitan dalam menarik minat investor.
"Tak ada kata lain, bagaimanapun caranya SFC ini harus diselamatkan. Harapan kita, pihak sponsor bantulah klub ini dengan suntikan dana," ungkap Direktur Teknik PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM) Indrayadi dibincangi beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan, akibat dari krisis keuangan tersebut telah berdampak dengan hengkangnya sejumlah pemain. Kini SFC dibayangi kehilangan setengah skuadnya saat menghadapi dua laga sisa kontra Bekasi City (4/1) dan PSMS Medan (11/1) sebelum menatap play off degradasi.
"Kita akan memasuki masa play-off degradasi dengan bayangan setengah pemain akan pergi, dan kita tidak bisa mendatangkan pemain baru. Kita juga dibayangi gaji pemain memasuki 3 bulan dan DP yang belum bisa dituntaskan. Semuanya ini dampak akumulasi dari krisis keaungan di tim," jelasnnya.
Tunggakan Gaji Berujung Eksodus Pemain
Tunggakan gaji yang sudah memasuki bulan ke-3 dan uang muka (DP) pemain yang belum dibayarkan manajemen SFC membuat para pemain tak bisa menahan diri lebih lama lagi.
Sebelumnya, SFC mengontrak total 28 pemain untuk berlaga di musim kompetisi 2024/2025. Namun kini sudah 11 pemain hengkang dari tim, termasuk dua pemain asing.
Tak hanya Gabriel Henrique Silva dan Meghon Valpoort, pada 21 Desember 2024 Jandia Eka Putra juga resmi berpamitan dari klub kebanggaan warga Sumatra Selatan.
Nama pemain yang resmi angkat kaki dari Sriwijaya FC adalah Ade Suryana, Chencho Gyeltshen dan Criz Robert Rumbiak.
Kemudian pemain senior Abdul Abanda Rahman, Beni Oktovianto, Dendi Agustian, Muhammad Rifaldi dan Manda Cingi. Akibat kondisi Sriwijaya FC yang makin terpuruk, pemain yang masih bertahan diterpa tuntutan luar biasa.
Sementara itu, Pelatih kepala SFC, Hendri Susilo, menanggapi kepergian beberapa pemain dengan nada prihatin. Ia mengatakan hingga kini belum ada pemain pengganti yang didatangkan.
"Kita dituntut untuk sabar dan menunggu, tapi tim pelatih ingin secepatnya," jelasnya.
Padahal setelah bursa transfer pemain pada 19 Desember 2024 lalu mulai dibuka. Mantan pelatih Persiraja Banda Aceh ini sudah menyerahkan daftar 7 hingga 8 nama pemain yang ingin direkrut untuk memperkuat tim, namun hingga kini belum ada kabar dari manajemen terkait hal tersebut.
"Dari evaluasi memang harus ada penambahan pemain. Kalau manajemen tidak bisa mendatangkan pemain yang saya rekomendasikan, ya mau tak mau harus dimaksimalkan dengan pemain yang ada," tandasnya.
- Posisi SFC di Liga 2 Belum Aman, Siap-siap Kena Sanksi Jika Mogok Bertanding
- Sriwijaya FC Amankan Tempat di Liga 2 Usai Kalahkan PSMS Medan
- Sriwijaya FC Wajib Menang, PSMS Medan Bertekad Perpanjang Rekor