Kualitas Udara Palembang Berbahaya, Pemerintah Tak Bisa Lindungi Rakyatnya

Kebakaran Lahan Gambut di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir/Foto:RMOL
Kebakaran Lahan Gambut di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir/Foto:RMOL

Kualitas udara kota Palembang mencapai level tertinggi pada Sabtu (30/9) siang. Melansir laman https://ispu.menlhk.go.id/ dari Kementerian LHK, Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Palembang saat ini telah berada di level berbahaya dengan nilai konsentrasi partikulat atau PM 2.5 mencapai 313 Ugram/m3.


Kualitas udara yang memburuk ini akibat meluasnya kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Sumsel. Dalam 24 jam terakhir, tercatat ada 453 titik api (hotspot) yang berhasil dideteksi oleh satelit NASA-NOAA20 beradasarkan data yang dilansir dari laman https://sipongi.menlhk.go.id/.

Kondisi keringnya kanal di kawasan gambut di Sumsel, disebut membuat proses pemadaman lahan terkendala. Jarak yang jauh juga membuat petugas dari tim pemadaman maupun helikopter yang digunakan untuk melakukan pemadaman tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama.

Nilai indeks standar pencemaran udara di Palembang/repro

"Persediaan air (yang digunakan untuk water bombing) juga tidak banyak, berkurang karena musim kemarau," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, M Iqbal Alisyahbana kepada awak media. 

Khusus di wilayah OKI, lokasi terparah terjadinya Karhutlah, menurut Iqbal sudah 71 hari tidak mengalami hujan. Sehingga semakin memperparah upaya pemadaman yang kini dilakukan. 

“Jarak untuk mengambil air dengan lahan yang terbakar ini cukup jauh. Sementara lokasi yang terbakar adalah gambut ditambah lagi angin kencang sehingga api semakin cepat menyambar dan sulit dipadamkan,” jelas Iqbal.

Iqbal mengaku bahwa saat ini BPBD Sumatera Selatan bersama Danrem sedang mengkaji untuk meningkatkan status siaga menjadi darurat.

“Sekarang masih disusun, kalau semakin hari semakin ISPU dan hotspot  meningkat kami akan segera lapor ke pimpinan untuk peningkatan status,” ujarnya.

Kebakaran Lahan Gambut di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir/Foto:RMOL

Rakyat Dibiarkan Mati Perlahan

Pengamat Bagindo Togar yang dibincangi terkait peningkatan status ini menyayangkan langkah pemerintah dalam penanganan permasalahan ini. Karhutlah, menurutnya sudah diprediksi oleh pemerintah, namun tidak diantisipasi secara konkrit. 

"Gubernur Herman Deru yang berada di ujung masa jabatannya, tidak menyiapkan langkah strategis. Jadi kalau karhutlah meluas setelah dia turun (jabatan), bukan urusan dia lagi," jelas Bagindo. 

Dengan begitu, Bagindo berkesimpulan jika kualitas udara kota Palembang yang semakin lama semakin memburuk ini merupakan upaya pemerintah untuk membuat rakyatnya mati secara perlahan. "Tidak ada upaya melindungi rakyat yang konkrit yang dilakukan kalau seperti ini," jelasnya. 

Dari lima tahun kepemimpinan Herman Deru, baru pada tahun 2023 ini kabut asap karhutlah menyebar secara masif. Begitu juga titik api (hotspot) yang terus meluas. Sehingga di sisi lain, Bagindo menilai Herman Deru tidak punya pengalaman signifikan mengatasi Karhutlah. 

Akan tetapi, kalaupun tidak punya pengalaman, setidaknya Bagindo berharap Herman Deru bisa meninggalkan kesan yang baik dengan kebijakan dan strategi antisipasi yang lebih mumpuni. "Belum lagi kita bicara soal kepemimpinan di OKI yang tidak berguna karena terus-terusan menyumbang kabut asap di Sumsel ini," katanya. 

Tidak hanya di Sumsel, kabut asap pekat ini juga diimpor ke Provinsi bahkan negara lain yang membuat citra Sumsel dan Indonesia semakin buruk dalam penanganan permasalahan lingkungan. 

"Kebakaran hutan ini merupakan masalah bersama namun sejauh ini kabut asap dampak kebakaran hutan dan lahan belum ada penanganan yang tepat. Pemda seharusnya bisa mencontoh ibu kota Jakarta atau negara lain yang lebih bisa mengatasi permasalahan ini," ungkapnya. 

Di sisi lain, Pj Walikota Palembang, Ratu Dewa mengatakan, pihaknya telah berbuat maksimal untuk mengatasi kabut asap di Palembang. Saat ini, untuk di kota Palembang pihaknya juga telah melakukan briefing kepada para pejabat Organisasi Perangkat Daerah (OPD) termasuk para camat dan lurah untuk bersiaga. 

"Kemarin ada 3 titik api di Kecamatan Gandus dan Kertapati sudah bisa atasi, segala daya upaya telah kita lakukan.Semua armada sudah dikerahkan," katanya. Namun, terkait asap kiriman yang tiba di Palembang, Ratu Dewa tak bisa berbuat banyak. 

Pemkot Palembang menggelar Salat Istisqo meminta hujan bersama ratusan pegawai di halaman Sekretariat Daerah Kota Palembang pada Sabtu pagi. Ratu Dewa juga meminta seluruh masjid di Kota Palembang juga menggelar salat serupa.