Keren, Hotel Tua Ala Eropa di Lubuklinggau Simpan Mesin Jahit Antik dari Abad ke-17

Salah satu koleksi barang antik di Hotel Transit berupa mesin jahit yang diperkirakan berasal dari abad ke 17.(foto Istimewa)
Salah satu koleksi barang antik di Hotel Transit berupa mesin jahit yang diperkirakan berasal dari abad ke 17.(foto Istimewa)

Hotel Transit di Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan sudah lama ada. Hotel ini termasuk salah satu hotel tua di Lubuklinggau dan dibangun dengan nuansa ala eropa.


Disamping sudah lama berdiri, Hotel Transit juga menyimpan sejumlah barang antik bersejarah. Barang antik itu terpajang dengan rapi di setiap sudut hotel. 

Salah satunya yang menarik dari koleksi barang antik di hotel itu adalah sebuah mesin jahit yang diperkirakan berasal dari abad ke 17. Lalu koleksi lainnya adapula sejumlah foto tokoh tempo dulu, terutama yang pernah memerintah di wilayah Musi Rawas di era pemerintahan Belanda.

Hotel itu juga menyimpan benda berupa peralatan rumah tangga seperti meja dan kursi dari kayu. Diperkirakan benda tersebut berusia hingga ratusan tahun yang masih terawat dengan rapi. 

Menurut pegawai Hotel Transit yakni Rahmad Sugeng, Hotel Transit dibangun oleh keturunan H Mantap Natadiraja. Dimana H Mantap Natadiraja dulu merupakan Pangeran yang menjadi Kepala Marga Tiang Pumpung Kepungut pada era pemerintahan Belanda. 

"Atau kala itu masuk dalam wilayah Onder Afdeeling Moesi Oeloe," ungkapnya kepada wartawan.

Hotel Transit Lubuklinggau sendiri sebagaimana diketahui bangunannya berada di tengah Kota. Dan beralamat di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Jawa Kanan SS, Kecamatan Lubuklinggau Timur II, Kota Lubuklinggau.

"Awalnya di lokasi bangunan ini merupakan rumah panggung terbuat dari kayu," terangnya.

Kata Rahmad, rumah panggung itu dibawahnya ada seperti toko tempat usaha. Dan saat itu pernah menjadi tempat toko bangunan atau gudang semen. Lalu di tahun 1984 dibangun menjadi hotel. Dalam pembangunannya menurut Rahmad, bangunan semula dirombak habis menjadi hotel dua lantai. 

"Bangunan, arsitektur memang khas Belanda tempo dulu. Tapi bukan dibangun pada zaman penjajahan Belanda," bebernya.

Lebih lanjut, Hotel Transit awal dibangun terdiri dari 12 kamar. Lambat laun terus berkembang hingga bangunannya ditambah dengan memanjang ke belakang. Dan hingga sekarang Hotel Transit memiliki 30 kamar. 

"Kalau secara bisnis memang Hotel Transit sudah kalah dengan hotel modern. Pengunjung semakin sepi sejak pandemi covid-19 lalu," terangnya.

Tak hanya itu, sambung Rahmad, saat ini jumlah pegawai berkurang. Dan hanya tersisa 5 orang. Dengan kondisi itu, memang pemasukan tidak sebanding dengan biaya operasional. Namun Owner hotel yang merupakan cicit Pangeran Mantap Natadiraja menurutnya tidak mempermasalahkan mengenai pemasukan hotel.

"Pemilik hotel tanggung jawab, kami tetap digaji. Bila ada tamu dilayani, kalau tidak ada tamu apa boleh buat," pungkasnya.