Kenang Kematian Floyd, Demonstran Bentrok dengan Polisi di Seattle

Telah terjadi kerusuhan saat digelar protes anti-rasisme di Seattle, Washington, Amerika Serikat (AS) pada Sabtu (25/7/2020). Aksi yang semula damai berubah menjadi mimpi buruk ketika polisi mendeklarasikannya sebagai kerusuhan.


Polisi yang bertugas mendapatkan lemparan batu, botol, dan mortir ketika mereka berusaha untuk membersihkan area protes di Capitol Hill dari para pengunjuk rasa. Alhasil, polisi kemudian mengerahkan flash bang dan semprotan merica kepada para pengunjuk rasa.

Melalui akun Twitter, polisi mengungkap telah menangkap setidaknya 11 orang dan tengah melakukan penyelidikan atas ledakan pada dinding kantor polisi di Precinct Timur. Seorang petugas dirawat di rumah sakit karena cedera kaki yang disebabkan oleh ledakan.

Dilansir Al Jazeera, ribuan pengunjuk rasa pada awalnya berkumpul secara damai di dekat pusat Kota Seattle sebagai bagian dari solidaritas aksi di Portland, Oregon, dan berbagai tempat lainnya untuk mengenang kematian warga kulit hitam George Floyd di Minneapolis pada 25 Mei.

Awalnya, tidak ada tanda-tanda pengerahan aksi penegakan hukum di sekitar protes. Namun, Kepolisian Seattle dalam akun Twitter-nya mengatakan sekitar selusin orang merusak konstruksi fasilitas tahanan remaja di King County.

Polisi juga mengatakan pengunjuk rasa memecahkan jendela Pengadilan King County. Hingga akhirnya, para Pengunjuk rasa menerobos fasilitas penahanan remaja yang masih dibangun. Beberapa orang membakar gerobak.

Sebelum protes, Kepala Departemen Kepolisian Seattle (SPD) Carmen Best telah mengumumkan bahwa petugas akan dipersenjatai dengan semprotan merica dan senjata lainnya. Petugas berjanji tidak akan menggunakan gas air mata dan mendesak demonstran untuk tetap damai.

Pada sidang darurat Jumat (24/7) malam, Hakim Distrik AS James Robart mengabulkan permintaan Pemerintah Federal untuk memblokir peraturan baru Seattle, yang melarang polisi menggunakan semprotan merica, bola ledakan, dan senjata serupa.

Itu dimaksudkan untuk mengurangi ketegangan antara polisi dan demonstran. Karena para pengunjuk rasa menganggap polisi telah melakukan aksi kekerasan berlebih dan rasisme struktural.

Floyd sendiri meninggal di tangan seorang polisi kulit putih Derek Chauvin, yang menekan lehernya meski ia telah mengerang kesakitan. Kematian Floyd telah memicu berbagai aksi protes anti-rasisme meski seluruh penjuru dunia tengah mengalami pandemik Covid-19. [ida]