Kemenangan Biden Ancam Pemegang Obligasi Indonesia-Tahiland

Beberapa analis mengungkapkan jika Joe Biden memenangkan pemilihan yang berlangsung bulan depan, kemungkinan dapat mendongkrak imbal hasil Treasury. Di Asia Tenggara, hal itu mungkin menjadi berita buruk bagi pemegang obligasi Thailand dan Indonesia.


Sebelumnya, investor di pasar Treasury menunjukkan tanda-tanda kegelisahan pada Selasa menjelang detik-detik debat putaran pertama antara Donald Trump dan Joe Biden. Debat kepresidenan hari Selasa antara Presiden Trump dan saingannya dari Partai Demokrat Joe Biden dipandang oleh beberapa analis sebagai hal penting untuk tingkat ketidakpastian dalam prospek pertumbuhan dan inflasi.

“Pandemi telah membantu menciptakan keadaan historis yang menantang untuk pemilu, termasuk lompatan dalam pemungutan suara yang dapat mempersulit penghitungan suara, menunda hasil dan memicu tantangan hukum,” tulis Mike Pyle, kepala strategi investasi global di BlackRock Investment Institute, di sebuah catatan, seperti dikutip dari WSJ, Kamis (1/10).

“Kami melihat risiko material dari pemilihan yang diperebutkan atau hasil yang tertunda. Hari Pemilu bisa berubah menjadi berminggu-minggu atau berbulan-bulan.”

Sebuah studi yang dilakukan Bloomberg dari enam pasar utang Asia yang sedang berkembang menunjukkan bahwa Thaland dan Indonesia termasuk yang paling rentan terhadap pergerakan imbal hasil pada ekonomi terbesar dunia, peringkat keduanya hanya di belakang Korea Selatan sebagai yang paling responsif.

Alasan utama di balik meningkatnya sensitivitas obligasi Korea Selatan dan Thailand adalah ketergantungan negara yang relatif tinggi pada perdagangan, rekening modal terbuka, dan selisih imbal hasil yang sempit atas Treasury.

Sapuan bersih Demokrat dari Kepresidenan dan kedua majelis Kongres dapat mengguncang imbal hasil 10-tahun Departemen Keuangan AS lebih tinggi 30 hingga 40 basis poin selama bulan berikutnya, menurut Goldman Sachs Group Inc. dalam sebuah catatan penelitian pekan lalu.

Itu akan mencerminkan kemungkinan pengeluaran federal yang jauh lebih tinggi, kata bank tersebut.[ida]