Kecewa dengan Pemerintah, Warga Segamit Patungan Bangun Jembatan

Tampak warga sudah memulai pembangunan pondasi jembatan Sungai Endikat, Desa Segamit, Muara Enim. (Noviansyah/RMOLSumsel.id).
Tampak warga sudah memulai pembangunan pondasi jembatan Sungai Endikat, Desa Segamit, Muara Enim. (Noviansyah/RMOLSumsel.id).

Warga Desa Segamit, Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU), Kabupaten Muara Enim, patungan untuk membangun Jembatan Sungai Endikat.


Patungan yang dilakukan warga itu lantaran tak ingin terlalu lama menunggu realisasi pembangunan dari Pemerintah Kabupaten Muara Enim yang hingga kini tak ada kejelasan. 

Sebab, Jembatan tersebut sangat diperlukan masyarakat mengingat menjadi penghubung antar desa dan juga Jalan menuju destinasi wisata Danau Deduhuk. 

Salah satu warga yang kerap melintas di jalan tersebut, Romi (24) membenarkan keadaan tersebut, bahkan pengumpulan dana swadaya ini sudah diberlakukan sebelum Ramadan lalu.

Dikatakan Romi, gerakan ini bukan tanpa alasan dan ide ini setahu dirinya, lahir dalam sebuah forum musyawarah mufakat yang pada waktu itu dihadiri perangkat desa bahkan Camat.

Romi menceritakan bagaimana jalan dan jembatan tersebut merupakan urat nadi bagi masyarakat dalam kegiatannya sehari-hari, baik untuk berniaga, berkebun, bekerja, bersekolah dan banyak lagi hal lainnya.

"Kesepakatannya waktu itu, untuk kendaraan roda empat yang kerap melintas ditetapkan dana sumbangan sebesar Rp500 ribu dan untuk warga lainnya pengendara roda dua yang ingin ke kebun sebesar Rp50 ribu," terang Romi, saat dibincangi Kantor Berita RMOLSumsel, Jumat (6/5).

Namun hal tersebut jelas Romi, bukan dengan sebuah paksaan, jika tidak ada dana, masyarakat bisa menyumbang tenaga atau menyiapkan makan para tukang yang bekerja.

Lebih jauh, Romi menerangkan, setahu dirinya ini bukan kali pertama masyarakat melakukan swadaya. Sebelumnya, pada 2020 lalu juga sempat mengecor jalan menggunakan dana swadaya.

"Hal ini belum diketahui secara pasti apa alasan pemerintah untuk bersikap acuh, apa karena kawasan tersebut mereka anggap sebagai kawasan hutan lindung, atau apalah namanya, namun masyarakat harus mendapatkan hak pelayanan yang baik, entah itu menyoal sarana transportasi, kesejahteraan dan pendidikan," tegasnya.

Untuk material sendiri, beserta alat berat masyarakat mendapatkan bantuan dari perusahaan, dana hasil swadaya mungkin lebih dimanfaatkan untuk persoalan teknis dan operasional seperti upah tukang dan yang lainnya.

Jalan ini, sambung Romi, sangat penting mengapa, karena tanpa jembatan ini pihaknya tidak ada pilihan lain selain memutar lajur ke arah Rekimai dan Rawis yang memakan waktu sangat lama "Biasa lewat jembatan hanya 20 menit, sementara kalau lewat Rekimai sampai 3 jam perjalanan" tukasnya.

Tentu sebagai masyarakat, Kata Romi, kemana lagi pihaknya harus mengadu selain kepada para pemangku kebijakan dalam hal ini pemerintah melalui dinas terkait untuk segera turun tangan dan menghadirkan solusi kongkret atas permasalahan ini "Berbagai upaya sudah dilakukan, bahkan anggota dewan sudah berulang kali datang kesana, jangan menunggu masyarakat habis kesabaran dan geram," tegas Romi.

Pemerintah Jangan Tutup Mata

Terpisah, Anggota Komisi III DPRD Muara Enim Dapil IV Kasman mengatakan, pihaknya sudah melakukan reses, bahkan belum lama ini dirinya mengaku sudah meninjau langsung ke lokasi. 

Sebelumnya, kata Kasman, sempat ada pertemuan dengan pemerintah desa, kecamatan dan perusahan yang ada di sekitar yaitu PT. Supreme Energy bersama masyarakat. "Dalam pertemuan itu, disepakati material dan alat berat itu dibantu perusahaan, sementara pengerjaannya masyarakat akan bergotong-royong" ungkap Kasman.

Dikatakan Kasman, jalan tersebut merupakan jantung penghidupan masyarakat untuk menopang ekonomi keluarga, berbagai aktivitas melibatkan jalan itu, seperti pertanian, perkebunan dan perniagaan.

Dirinya sudah mendapati kabar bahwa masyarakat mengumpulkan dana swadaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya untuk upah tukang ahli yang akan mengerjakan jembatan tersebut.

"Pemerintah harus bertindak, meskipun diterangkan jalan tersebut merupakan Hutan Kawasan, tidak lantas pemerintah bisa tutup telinga, tutup mata atas keadaan ini, karena toh selama ini jembatan tersebut sudah ada dan dioperasikan untuk kepentingan masyarakat" tegasnya.

Banyak jalan menuju roma, kata Kasman, pemerintah harus menghadirkan solusi jika memang ada niat baik, "jangan sampai membebani masyarakat," pungkasnya.