HaKI : Bulan Agustus Sampai Oktober Rentan Terjadi Karhutla

Kebakaran lahan gambut/M Hatta
Kebakaran lahan gambut/M Hatta

Cuaca panas Palembang yang terjadi dalam medio Mei hingga minggu pertama bulan Juni 2021 dinilai masih normal. Kendati demikian semua pihak harus tetap waspada demi mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah daerah Provinsi Sumatera Selatan. 


Hutan Kita Institute (HaKI) dalam bulan ini sudah melakukan pemantauan ke sejumlah wilayah yang rentan terjadi karhutla. Terbaru dari pemantauan titik api (hotspot) dari satelit Modis Aqua dan Modis Terra yang setiap hari melintasi wilayah Indonesia pada pukul 10.30 WIB dan 13.30 WIB merekam hotspot yang dialului satelit tersebut. 

Menurut Direktur Riset dan Kampanye HaKI Adiosyafri mengatakan sampai dengan awal bulan Juni 2021 ini, hasil pemantauan Haki dari titik panas yang diinformasikan oleh satelit Modis tersebut hanya ditemukan dibeberapa titik saja yang ada di Sumsel dan titik panas tersebu belum tentu kejadian kebakaran hutan dan lahan, karena tingkat kepercayaan (confidential) nya di bawah 80 persen.

"Dibeberapa titik yg pernah ada tsb berada di wilayah Kabupaten OKI, OI, Mura, dan Pali. Jika kita perhatikan kondisi musim sampai dengan awal bulan Juni ini masih ada hujan dan lembab, yang tingkat kerentanan terbakarnya masih rendah dan sedang," ujarnya dihubungi rmolsumsel.id, Kamis (3/6). 

Lebih lanjut pria yang akrab disapa Adios juga menghimpun informasi dari BMKG, bahwa Kemungkinan kondisi akan sangat rentan dan rentan kejadian kebakaran pada bulan Agustus sampai Oktober 2021.

"Tentunya semua pihak harus waspada dari sekarang, mempersiapkan diri terutama dalam aspek pencegahannya, artinya jangan memulai membuat api dan membiarkannya terutama pada areal lahan-lahan yang rawan kebakaran seperti di lahan gambut," jelasnya. 

Adios juga menghimbau pihak terkait juga untuk terus mensosialisasikan serta mendorong keterlibatan semua pihak dalam pencegahan dan pengendalian karhutlah mulai tingkat provinsi sampai desa harus lebih proaktif. "Mudah-mudahan  musim kemarau tahun ini, semua pihak di atas akan lebih sigap dan sama-sama dapat mencegah api sebelum membesar. Sehingga kejadian karhutlah di tahun 2015 dan 2019 tidak terulang lagi," pungkasnya.