Faktor cuaca masih jadi kendala dalam proses evakuasi jenazah Pratu Miftahul Arifin yang gugur saat bertugas melawan kelompok kriminal bersenjata di Nduga, Papua.
Kepala Staf Umum (Kasum) TNI, Letjen Bambang Ismawan menyebut kondisi cuaca dapat cepat berubah, semisal dari panas ke berkabut.
"Memang pertama cuaca di sana tidak menentu, kadang satu hari hanya dua jam cerah, habis itu kabut," ujar Bambang kepada wartawan di Monas, Jakarta Pusat, Senin (17/4).
Cuaca yang tak menentu dikhawatirkan membuat jarak pandang awak helikopter saat mengevakuasi korban menjadi tidak maksimal.
Di samping itu, medan tempat jenazah ditemukan tidak datar atau dalam posisi baik.
"Pengambilan jenazah helikopter kita kan tidak bisa langsung merapat, karena di samping cuaca medannya juga tidak datar, itu kendala utama," kata Bambang.
Pratu Miftahul Arifin dinyatakan meninggal dunia saat bertempur melawan KKB di Nduga, Papua.
Arifin bersama tim, saat itu sedang melalukan proses pencarian pilot Susi Air Capt Philips Mark Merthen yang disandera oleh KKB.
- 7 Ribu Personel Gabungan TNI-Polri Siap Amankan Gedung MK
- Askolani Meninggal Dunia dalam Insiden Terbakarnya Kapal Jukung di Perairan Sungai Musi Palembang
- 65 Ribu Hektare Lahan Rawa di OKI Dioptimalisi