Dari Kebocoran Sampai Ledakan: Teror Pipa Pertamina di Kabupaten PALI Mengancam Keselamatan Warga

Pipa pertamina di PALI yang meledak hingga membuat puluhan warga mengungsi. (Handout)
Pipa pertamina di PALI yang meledak hingga membuat puluhan warga mengungsi. (Handout)

Kejadian meledaknya pipa Pertamina di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sabtu (13/1/2024) bukanlah yang pertama. 


Dalam rentang waktu lima tahun terakhir, teror yang terjadi akibat kebocoran maupun meledaknya pipa milik perusahaan negara tersebut, setidaknya sudah lima kali terjadi. Tidak hanya membuat masyarakat terpaksa mengungsi, dalam beberapa kejadian berakhir peristiwa ini juga menyebabkan jatuhnya korban jiwa. 

Penelusuran bermula pada 14 Juli 2018. Ketenangan warga Desa Benuang, Kecamatan Talang Ubi, malam itu harus terusik dengan bunyi ledakan keras yang berasal dari line pipa milik PT Pertamina Field Pendopo. Ledakan tersebut diiringi dengan kepulan gas yang menghalangi pandangan.

Gas tersebut menyebar ke pemukiman hingga meracuni warga yang menghirupnya. Akibatnya, belasan warga yang keracunan harus dilarikan ke RSUD PALI setelah mengalami pusing dan muntah. 

Kejadian berikutnya terjadi pada Selasa 15 Januari 2019. Gudang milik Arbeni alias Iben, warga Desa Pengabuan, Kecamatan Abab, PALI nyaris terbakar. Setelah genangan minyak yang berasal dari pipa milik PT Pertamina EP Pendopo Field yang bocor tersulut. Akibatnya, sebagian gudang dan satu unit truk yang ada di dalamnya nyaris hangus terbakar.

Beruntung, kebakaran tidak sampai meluas lantaran warga yang melihat langsung melakukan pemadaman bersama. Api baru benar-benar padam setelah petugas pemadam kebakaran (damkar) datang ke lokasi kejadian untuk memadamkan api. 

Tragedi kebocoran pipa Pertamina terus berlanjut. Pada Senin, 15 Maret 2021, tiga orang warga mengalami luka bakar serius setelah pipa PT Pertamina Asset 2 Adera Field di Dusun IV Desa Benuang, Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten PALI. Lokasi ledakan berada di kebun tumpang sari milik Swandi. Ratusan batang karet dan nanas terbakar dan layu akibat semburan api dari pipa tersebut. Kejadian nahas itu berujung kematian salah seorang korban yakni Rizal yang mengalami luka bakar di sekujur tubuhnya. 

Warga PALI kembali dibuat menderita oleh kebocoran pipa minyak milik PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Regional 1 Zona 4 Adera Field. Pada 21 Oktober 2021, kebocoran terjadi di pemukiman padat penduduk di Desa Purun Selatan, Kecamatan Penukal, PALI. Kebocoran minyak memenuhi drainase atau got yang ada di pemukiman. Cairan minyak mentah itu sempat menyebar luas lantaran lambannya penanganan yang dilakukan perusahaan. Kebocoran yang terjadi pagi hari baru ditangani petugas di sore harinya. 

Line pipa minyak dan gas milik Pertamina Hulu Rokan Zona 4 Field Pendopo kembali terbakar. Kejadian tersebut terjadi di Desa Suka Damai, kecamatan Talang Ubi, Kabupaten PALI, pada Minggu (5/3) sore sekitar pukul 16.30 WIB. Diduga, kebocoran ini akibat sabotase yang dilakukan oknum tidak bertanggung jawab. Akibatnya, semburan api yang tinggi hingga mencapai empat meter sempat menyembur ke arah jalan. Para pengendara terpaksa berhenti ketika melintas di lokasi itu. Puluhan personel dan empat unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk bisa memadamkan api.

Kepala Divisi Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumsel, Febrian Putra Sopah mendorong pemerintah melakukan audit terhadap perusahaan. Baik audit sumber daya manusia (SDM) dan juga audit penggunaan teknologi yang digunakan perusahaan. Audit tersebut bertujuan untuk menata kembali aktivitas produksi perusahaan agar tidak lagi terjadi insiden yang menyebabkan kerusakan lingkungan, bahkan berujung korban jiwa. 

Audit teknologi diperlukan untuk menginventarisir peralatan produksi yang rusak ataupun usang akibat usia. Baik pipa, pompa maupun peralatan lainnya. Sementara audit SDM untuk mengganti orang-orang yang kurang kredibel dalam menjalankan tupoksinya. 

Febrian menegaskan, kegiatan eksplorasi minyak dan gas merupakan usaha yang memiliki risiko tinggi. "Untuk itu, SDM yang profesional dan mumpuni diperlukan dalam mengelola kegiatan ini. Solusinya ya ganti manajemen yang sekarang. Mereka sudah gagal dalam menjaga pipa minyak ini," kata Yuliusman. 

SKK Migas Minta Pertamina Bergerak Cepat Tangani Kebocoran

Peristiwa kebocoran pipa minyak Pertamina di PALI mendapat sorotan dari Satuan Kerja Khusus (SKK) Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Migas). SKK Migas meminta Pertamina bergerak responsif dan melakukan langkah cepat dalam menangani kebocoran tersebut. 

Menurutnya, kebocoran pipa tersebut saat ini sudah ditangani oleh tim di lapangan. "Per siang ini kebocoran tersebut telah ditangani oleh tim di lapangan," kata Kepala Departemen Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Sumbagsel, Safe'i. 

Selain melakukan komunikasi dan koordinasi secara online, SKK Migas Sumbagsel juga sigap mengirimkan personil untuk memantau secara langsung perkembangan di lapangan.  Safe'i juga mengharapkan agar penanganan ini dapat segera tuntas sehingga tidak ada lagi kekhawatiran yang dirasakan masyarakat sekitar. 

"Tim di lapangan juga tetap mengedepankan unsur safety dalam bekerja dan menangani kejadian kebocoran tersebut," tukasnya. 

Sementara itu, Head of Comrel & CID Zona 4, Tuti Dwi Patmayanti, mengatakan PEP Adera Field telah berupaya maksimal agar proses pembersihan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.

"Berkat respon cepat dari Tim HSSE PEP Adera Field, kebocoran tidak menyebar dan proses pembersihan dapat segera dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku," ujar Tuti.

Terkait informasi mengenai adanya ledakan pada insiden tersebut, Tuti memastikan berita tersebut tidak benar. "Tidak benar ada ledakan seperti yang diberitakan, hanya kebocoran saja," tegas Tuti.

Untuk diketahui, pipa penyalur minyak yang menghubungan Stasiun Pengumpul (SP) Benuang dan Pusat Pengumpul Produksi (PPP) Pengabuan di Desa Benuang, Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten PALI mengalami kebocoran pada, Sabtu (13/1/2024). 

Kebocoran diketahui pada pukul 00.43 WIB oleh operator yang sedang melakukan kegiatan monitoring sumur. Operator tersebut segera menghubungi personil yang bertugas di SP benuang untuk menghentikan pemompaan.

Selanjutnya Tim Health Safety Security Environment (HSSE) PEP Adera Field langsung ke lokasi dan memasang snake boom untuk mengisolasi kebocoran, menyedot cairan yang keluar dengan menggunakan vacuum truck, serta melakukan pembersihan di lokasi kebocoran. Sementara itu, Tim Comrel & CID PEP Adera Field segera berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait dan melakukan pendataan warga yang terdampak. 

PEP Adera Field merupakan salah satu lapangan migas yang beroperasi dalam wilayah kerja Subholding Upstream Regional Sumatera Zona 4. Produksi minyak PEP Adera Field pada Januari 2024 sebesar 2.211 barel minyak per hari/BOPD dan gas sebesar 10,07 juta standar kaki kubik per hari/MMSCFD. 

PEP Adera Field berkomitmen untuk selalu mengutamakan keselamatan pekerja, operasi, dan lingkungan, serta terus mempertahankan dan meningkatkan aspek keselamatan kerja di setiap kegiatan operasinya.

Pipa Usang, Keselamatan Warga Terancam

Sebelum ini, sejumlah kejadian kebocoran pipa milik pertamina juga terjadi di sejumlah wilayah di Prabumulih yang masih berada satu jalur dengan pipa yang berada di Kabupaten PALI. Mengingat usia yang tidak lagi muda, pipa usang disinyalir menjadi penyebab kebocoran yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan ini. 

Seperti pada, Senin 9 Mei 2022, pipa gas milik PT Pertamina (Persero) di Stasiun Kompresor Gas (SKG) 1 Desa Kemang Tanduk, Kecamatan Rambang Kapak Tengah, Prabumulih dikabarkan mengalami ledakan hingga menimbulkan kebakaran. Lokasi insiden berada di belakang pagar antara fasilitas operasi Pertamina EP (PEP) Limau Field dan PT Titis Sampurna. Lokasi SKG 1 dan operasionalnya tidak terdampak. Segera setelah diketahui adanya insiden, Tim Tanggap Darurat Pertamina langsung menuju ke lokasi untuk melakukan pemadaman.

Lalu pada Jumat 4 November 2022, kebocoran pipa milik Pertamina EP Prabumulih Field kembali terjadi. Kali ini di jalan Nigata simpang Empat PDAM Kecamatan Prabumulih Timur, Prabumulih. Kebocoran itu menyebabkan tanah di sekitar lokasi tercemar. 

Kejadian berikutnya pada 27 Maret 2023. Pipa jalur air asin milik PT. Pertamina Hulu Rokan Zona 4 Field Prabumulih bocor dan mencemari fasilitas milik warga. Lokasi kebocoran pipa air asin tersebut terjadi di  jalur pipa Air Asin, Sumur 09 PMB RT.03 RW.02 Kelurahan Anak Petai, Kecamatan Prabumulih Utara, Prabumulih. Kebocoran pipa air asin tersebut diketahui oleh warganya yang hendak mandi di pemandian sungai. Akibat dari kebocoran itu, setidaknya ada 2 Sumur Warga, 1 Kolam ikan dan tempat pemandian warga yang ikuti tercemari serta sepanjang aliran sungai. 

Kebocoran yang berdampak luas terjadi pada, Minggu 9 Juli 2023. Kebocoran pipa milik Pertamina HRZ 4 yang berada di wilayah jalan Talang Jimar, Kelurahan Majasari, Kecamatan Prabumulih Timur mencemari Sungai Kelekar. Akibatnya, warga di 8 Kelurahan Kota Prabumulih yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Kelekar terdampak pencemaran minyak mentah. Selain mengakibatkan satu rumah dipenuhi minyak mentah, bocornya pipa minyak ini juga mengakibatkan kebakaran terjadi di pinggiran aliran sungai Kelekar.

Pipa minyak milik PT Pertamina Hulu Rokan Zona 4 Field Prabumulih kembali mengalami kebocoran, dan menyebabkan Sungai Sedupi, di Kelurahan Gunung Kemala, Kecamatan Prabumulih Barat, tercemar limbah minyak mentah. Kejadian yang dialami warga Kelurahan Gunung Kemala tersebut terjadi, Rabu (19/7/2023) lalu. Pencemaran membuat lahan usaha kebun karet masyarakat tercemar.

Berbagai peristiwa tersebut mengindikasikan jika pipa milik Pertamina yang beroperasi saat ini sudah dalam kondisi usang. Seperti tanggapan yang diungkapkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Prabumulih, Dwi Koryana atas kejadian kebocoran pipa minyak milik Pertamina di Jalan Nigata, Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Prabumulih Timur, 17 November 2023 lalu. 

Menurutnya, hasil dari tim DLH yang diturunkan untuk menyelidiki peristiwa tersebut menyebut jika penyebab bocornya pipa Pertamina disebabkan oleh korosi. "Sementara ini dari hasil tim lapangan penyebabnya itu korosi," kata Dwi. 

Dwi bahkan mendesak perusahaan untuk segera mengganti pipa yang rusak dengan yang baru. Hanya saja, karena ada proses pengusulan anggaran, proses penggantian pipa tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat.  "Kami juga merekomendasikan perusahaan untuk segera mengganti pipa yang baru. Agar kejadian serupa tidak terjadi lagi," tuturnya.