Petani nanas di Kecamatan Belida Darat, Kabupaten Muara Enim menjerit. Adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Indonesia memicu harga nanas terjun bebas.
- Pegawai Komdigi Diduga Amankan Judi Online sejak Pandemi Covid-19
- KPK Buka Peluang Jerat Koruptor APD Covid-19 dengan Hukuman Mati
- Kasus Korupsi Pengadaan APD Covid-19, Dirut PT EKI Diperiksa KPK
Baca Juga
Imbas dari itu pula, buah nanas petani di daerah tersebut dipastikan bakal membusuk di lahan pertanian lantaran tidak ada pembeli. Sementara diketahui, buah nanas asal daerah ini biasanya dalam partai besar dijual ke luar daerah, semisal Kota Jakarta dan kota lainnya di pulau Jawa.
Aang Persita salah satu petani nanas setempat mengatakan dirinya saat kesulitan menjual hasil pertaniannya. Bahkan buah nanas yang biasanya dijual di kebun kisaran Rp2.000 sampai Rp4000,- perbuah hingga kini belum ada satupun pembeli sehingga buah nanas yang sudah dipanen bakalan membusuk.
"Sedih sekali pak, sudah lima bulan lamanya kami menunggu panen tapi ketika panen tidak ada satupun pembeli yang mau menampung bahkan sampai harga termurah juga tidak ada pembeli. Kini kami harus merugi puluhan juta rupiah," jelasnya saat dihubungi, Minggu (1/8).
Dia menerangkan, bahwa kecenderungan harga murah serta kebanyakan mereka tidak membeli nanas di petani lantaran Jakarta atau Pulau Jawa pemberlakuan PPKM sejak sebulan terakhir yang kini diperpanjang menjadi PPKM Darurat sehingga permintaan pasar terkait buah nanas menurun jauh.
kebijakan pemerintah dengan pemberlakukan PPKM menjadi pemicu luar biasa harga nanas anjlok di pasaran, yang berimbas juga membeli murah ke petani. Bahkan, cenderung tidak melakukan pembelian karena menjualnya di pasaran juga sulit.
“Kami tidak berani mengambil resiko, selain sekarang sulit menjualnya di pasaran, buah nanas juga mudah busuk di dalam truk pengangkut jika tak segera diantar ke lokasi tujuan, khususnya dalam perjalanan jauh keluar Palembang. Sementara serapan jika dijual ke dalam kota sangat kecil ditengah hasil yang melimpah,” ungkapnya.
lebih lanjut dia bercerita jika sebelumnya dalam keadaan normal dirinya mampu menghasilkan Rp30 Juta dari penjualan ke pulau Jawa dan sekitarnya. "Biasanya kalau normal kami bisa dapat Rp30 Juta sekali jual dalam partai besar. Pembeli dari luar biasanya akan datang langsung ke kebun tapi karena kebijakan PPKM tidak ada satupun pembeli yang mau memborong nanas kami padahal harganya sudah kita kasih paling murah dari Rp500 sampai Rp1000," pungkasnya.
- Sumsel Perkuat Swasembada Pangan dengan Cetak Sawah dan Optimalisasi Lahan Rawa
- Perahu Getek Terbalik di Perairan Muara Belida, Seorang Karyawan PT Dizamtra Powerindo Hilang Tenggelam
- Melebihi Target, Pilkada Lubuklinggau 2024 Catatkan Partisipasi Pemilih 80,3 Persen