Karpet Serat Pisang Abaka Palembang Tembus Amerika dan Eropa

Tidak banyak publik tahu. Ada industri Karpet Serat Pisang Abaka di Kota Palembang. Adalah CV Natural yang terletak di Jalan Sukarela Km 7 Palembang, setjak tahun 2000 memproduksi karpet serat pisang abaka ini. Rupanya produk perusahaan Djunaidi telah berhasil menembus pasar luar negeri, yakni Amerika dan Eropa.


Dikatakan Djunaidi, orang luar negeri lebih suka barang yang terbuat dari bahan alami. Salah satunya yang terbuat dari serat pisang abaka. Memanfaatkan bahan alami tumbuhan, kini usahanya sudah memproduksi ribuan container produk dengan harga jual tinggi. "Orang luar negeri itu di rumah pakai sepatu, jadi walaupun diinjak tetap kuat produk serat pisang abaka. Konsumen luar negeri dibandingkan dengan Indonesia lebih banyak pembeli dari luar," ujarnya, Senin (19/10/2020). Saat RMOL Sumsel.ida mengunjungi pabrik tersebut, terlihat ratusan karyawan CV Natural sedang bekerja mulai dari menyatukan serat pisang menjadi benang, proses mengayam, proses pembentukan karpet hingga finishing. Dengan cekatan dan teliti, semua pegawai menggunakan mesin manual untuk membantu mereka membuat karpet tersebut. Proses pembuatan serat bahan pisang abaka, lanjut Djunaidi , mulai dilakukan sejak pagi hingga sore. Yakni pukul 08:00-16:00 WIB. Ia menjelaskan, dalam satu kali pemesanan konsumen, dia mengirim satu container (peti kemas) berisi 40 lembar produk serat bahan pisang abaka berupa karpet dan lain-lain. "Permulaan pembuatan pastinya proses sortir bahan, pemilihan warna kemudian anyaman dijahit dibuat pola dan dibungkus. Dalam kondisi sekarang Covid-19 karyawan juga diperhatikan untuk tetap selalu menjaga protokol kesehatan," jelas Djunaidi. Diceritakannya, awal mula ia berbisnis perabotan rotan di kawasan 1 Ilir. Namun tidak terlalu berkembang dan beralih ke serat pisang abaka dari batang yang diimpor dari Fillipina. Serat abaka merupakan serat paling kuat. Karena kalau batang pisang di Indonesia kebanyakan tidak memilik serat. Setelah dua tahun lulus dari sekolah, Djunaidi mulai berkarya dengan modal awal puluhan juta hingga sekarang bisnisnya berkembang. Mempunyai gudang produksi seluas 3 hektar, di CV Natural dia memiliki lima gedung proses pembuatan anyaman. Selain serat pisang abaka, Djunaidi juga memanfaatkan batang bunga matahari yang diimpor dari India. Namun memang, kata dia, serat pisang abaka lebih diminati apalagi bagi masyarakat luar negeri yang mayoritas mereka membutuhkannya. "Untuk satu produk seperti anyaman karpet, pijakan kaki (keset) atau tatakan piring dan tatakan gelas paling lama menghabiskan waktu pengerjaan hingga tiga bulan," terang dia. Dalam pemilihan kriteria serat pisang yang baik, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah kekuatan serat tersebut dan warna dasarnya. Berwarna dasar putih atau krem, serat pisang abaka bisa menghasilkan empat warna yakni, coklat tua atau gelap dan terang. "Kalau untuk warna lain, misal hitam atau merah kita warnai menggunakan pewarna tekstil. Tapi saya lagi mau belajar pakai pewarna alami. Untuk pola karpetnya di desain oleh orang bule dan sesuai permintaan konsumen. Harga jual dihitung dolar. Kisaran dari 5-10 dolar dengan perhitungan penjualan yakni per ukuran. Jadi ukuran 30x30 cm itu paling mahal 10 dolar," bebernya lagi. Meri salah seorang karyawan CV Natural menuturkan, ia sudah bekerja di pabrik serat pisang abaka sejak 10 tahun lalu. Menjadi pegawai di sana, dirinya mengaku tidak terlalu sulit membuat produk anyaman itu. Bagi dia hal paling penting dalam bekerja adalah serius, teliti dan sabar. "Serat pisang abaka ini kata koko Djunaidi pas untuk SDM yang teliti dalam bekerja dan memang alam di Palembang cocok untuk pengembangan produk. Saya hasil bekerja di sini bisa menyekolahkan anak di sekolah pelayaran," tutupnya.