Timbulkan Debu dan Asap Swabakar, Warga Protes Keberadaan Stockpile Batubara Golden Great Borneo

Tangkapan layar video lokasi stockpile Golden Great Borneo yang diprotes warga Desa Arahan. (ist/rmolsumsel.id)
Tangkapan layar video lokasi stockpile Golden Great Borneo yang diprotes warga Desa Arahan. (ist/rmolsumsel.id)

Keberadaan stockpile batubara milik PT Golden Great Borneo (GGB) mendapat protes dari warga Desa Arahan, Kecamatan Merapi Timur, Kabupaten Lahat. 


Pasalnya, aktivitas di stockpile berupa crushing serta loading batubara menimbulkan debu hingga menyerang pemukiman warga. Puluhan warga yang kesal akhirnya mengajukan protes dengan menduduki akses keluar masuk stockpile. 

Mereka bahkan mendirikan tenda di areal perusahaan untuk berteduh. Aksi protes itu pun dilakukan selama empat hari mulai dari 1-4 September 2023. Dalam tuntutannya, warga meminta PT GGB memindahkan lokasi stockpile tersebut. 

"Kami warga desa ini tidak tahan, warga meminta crusher stockpile yang lokasinya berada sekitar 300 meter dari pemukiman bisa segera dipindahkan," kata salah seorang warga dalam video aksi yang diterima Kantor Berita RMOL Sumsel, Kamis (7/9). 

Dia mengatakan, aktivitas stockpile tidak hanya menimbulkan debu yang menyerang pemukiman. Tapi juga asap yang ditimbulkan dari swabakar batubara. "Kami mau bagaimana lagi. Sudah dikirimi debu, sekarang asap juga sudah timbul dari terbakarnya batubara," bebernya. 

Aksi demonstrasi warga pun baru berhenti setelah pihak perusahaan menyepakati pemindahan stockpile ke lokasi lain yang jaraknya jauh dari pemukiman. 

Sementara itu, Manager Humas dan CSR PT GGB, Edi Mulyono mengatakan, aksi demo warga sudah selesai pada tanggal 4 September 2023 lalu. Sebab, sudah ada kesepakatan dengan warga bahwa akan ada pemindahan lokasi stockpile. 

"Kami juga sudah sepakat untuk meningkatkan intensitas penyiraman di jalan yang dilintasi kendaraan truk," kata Edi saat dibincangi. 

Dia menjelaskan, stockpile tersebut baru beberapa bulan terakhir berdiri di lokasi tersebut. Sebab, tumpukan batubara di stockpile lama sudah cukup banyak sehingga membutuhkan lokasi stockpile baru. 

Edi mengklaim, jika pembangunan stockpile baru tersebut sudah dipikirkan dampak lingkungannya. Hanya saja memang, faktor alam atau cuaca yang saat ini sedang masuk musim kemarau membuat dampak debu dari operasional stockpile semakin meningkat. 

"Kami sudah lakukan penyiraman dan upaya lainnya untuk menekan debu yang dihasilkan. Hanya saja kan, faktor alam ini kami tidak prediksi. Seharusnya di bulan ini kan sudah masuk musim penghujan. Namun, nyatanya kemarau masih panjang," ucapnya. 

Debu yang menyerang pemukiman warga juga tidak hanya ditimbulkan dari aktivitas stockpile PT GGB. Tapi juga dari aktivitas truk batubara yang melintas di jalan lintas desa Arahan. "Debu dari truk ini juga memperparah kondisi. Sementara, stockpile kami yang paling dekat dengan pemukiman. Sehingga, warga mengira sumber debu ini hanya berasal dari Stockpile kami," ungkapnya. 

Namun begitu, seluruh permasalahan tersebut sudah selesai. Baik warga maupun perusahaan sudah beraktivitas seperti biasanya. Terkait swabakar batubara yang ada di stockpile, Edi menerangkan jika kondisi tersebut terjadi lantaran alat berat yang seharusnya melakukan peengerukan tidak diperbolehkan warga masuk selama empat hari. 

"Jadi kan tumpukan batubara ini tidak boleh didiamkan saja. Ada treatment khusus dengan mengaduk tumpukan batubara untuk mencegah terjadinya swabakar. Tetapi, alat berat kami saat itu tidak boleh masuk. Makanya, terjadi swabakar itu," tandasnya.