Insiden jebolnya tanggul tambang batu bara di PT Basin Coal Mining yang berada di Desa Paldas, Kecamatan Rantau Bayur, Kabupaten Banyuasin menyita perhatian seluruh pihak.
- Tindak Lanjut Dugaan Pencemaran Lingkungan PT RMK, Bupati Muara Enim Akan Panggil DLH dan Dinas Perizinan
- Sidak Jalan Hauling Dizamantra Powerindo, DPRD Muara Enim Minta Perhatikan Aspek Lingkungan
- Industri Pertambangan Indonesia Harus Tunjukkan Komitmen terhadap Keberlanjutan Lingkungan
Baca Juga
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel melalui Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendesak Kementerian ESDM untuk melakukan investigasi terhadap kejadian itu.
“Secara resmi dari perusahaan kami belum dapat laporan. Tapi informasi tersebut (jebolnya tanggul,red) telah kami teruskan ke Direktur Teknik dan Lingkungan Ditjen Minerba Kemen ESDM,” kata Kepala Dinas ESDM Sumsel, Hendriansyah saat dihubungi, Senin (24/3/2025).
Terpisah, Sekretaris Daerah (Sekda) Banyuasin, Erwin Ibrahim menjelaskan, pihaknya telah mengontak PT BMC terkait pasca peristiwa tersebut. Berdasarkan keterangan yang diterimanya, kejadian berawal saat air sungai Batang Hari yang ada di Desa Paldas mengalami kenaikan muka air.
“Menurut pihak perusahaan, karena tingginya air sungai di Desa Paldas yang mengakibatkan air masuk ke area pertambangan,” ungkapnya.
Akibat insiden tersebut, areal Pit tambang atau lubang besar galian tanah kemasukan air dari sungai. “Jadi Pit perusahaan yang tergenang, bukan air dari tambang keluar ke area masyarakat. Garis besarnya seperti itu,” ucapnya.
Terkait dugaan adanya kesalahan manusia atau human error dalam peristiwa ini, Erwin mengaku masih akan mendalaminya. “Tetap akan kami cek ke lapangan. Termasuk dugaan itu,” tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, tanggul tambang batu bara yang berada di areal PT Basin Coal Mining, Desa Paldas, Kecamatan Rantau Bayur, Banyuasin, jebol pada Sabtu (22/3/2025) sore setelah diterjang derasnya air.
Akibatnya, air dari Sungai Batang Hari yang berukuran kecil masuk ke areal tambang dan menggenangi lokasi tersebut hingga membentuk semacam danau besar.
Belum diketahui secara pasti penyebab jebolnya tanggul ini. Hanya saja, imbas insiden tersebut berdampak terhadap aktivitas warga.
Salah seorang warga Desa Paldas, Wijaya mengatakan, jebolnya tanggul membuat aktivitas warga yang mengandalkan aliran Sungai Batang Hari untuk kehidupan sehari-hari menjadi terganggu.
“Dampaknya sangat dirasakan oleh warga, terutama dalam kegiatan sehari-hari seperti lelang sungai yang menjadi salah satu sumber mata pencaharian kami,” ujar Wijaya.
Selain itu, ia menyebut kejadian ini juga menghambat aktivitas warga yang hendak pergi menyadap karet atau beraktivitas di perkebunan mereka.
Hal ini dikarenakan akses jalan menuju perkebunan tergenang air, sehingga warga kesulitan melintas. “Untungnya tidak sampai menerjang pemukiman. Hanya di sekitar wilayah tambang saja,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan oleh Hardaya, warga lainnya, yang meminta pemerintah segera turun tangan untuk menangani masalah ini.
“Warga sangat dirugikan, terutama karena sungai yang selama ini menjadi tempat kami mencari ikan dan lokasi pelelangan ikan kini terdampak. Kami butuh solusi segera agar aktivitas kami tidak lumpuh,” ungkap Hardaya.
Menurut Hardaya, warga juga mengkhawatirkan bagaimana perusahaan akan membuang air yang kini menggenangi area tambang. Ia berharap pihak perusahaan bertanggung jawab dan memastikan pembuangan air tidak merugikan masyarakat.
“Jangan sampai asal buang air, karena ini bisa berdampak bagi masyarakat, baik dari segi ekosistem maupun pencemaran air sungai. Air yang sudah tercampur material tambang tentunya sudah tercemar,” tegasnya.
- Tindak Lanjut Dugaan Pencemaran Lingkungan PT RMK, Bupati Muara Enim Akan Panggil DLH dan Dinas Perizinan
- Tanggul Tambang Batu Bara PT Basin Coal Mining Jebol, Kolam Galian Berubah Jadi Danau
- Sidak Jalan Hauling Dizamantra Powerindo, DPRD Muara Enim Minta Perhatikan Aspek Lingkungan